Chapter 58

41.7K 2.4K 49
                                    

Dua tahun kemudian.

"Bagaimana rapat mu?" Tanya Aidan pada Laura.

Laura yang tengah mengaduk  makanannya melirik sekilas ke arah Aidan yang masih menatapnya untuk menunngu dirinya memberikan jawaban pada pria itu, Laura mengedikan bahunya acuh. Laura sedang dalam kondisi mood yang tidak bagus saat ini, karena urusannya dengan para rakyat di Ociana. Mereka meminta pada Laura untuk segera menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin mereka kelak.

Ia juga sedang sebal dengan kakaknya itu, sudah dua tahun lamanya tapi kakaknya itu sama sekali tak membantunya dalam mengurus permasalahan yang sedang terjadi di Ociana.

"Kau marah pada ku?" Tanya Aidan sekali lagi, ia cukup mengerti dengan raut wajah adiknya itu, adik yang sudah menemaninya selama ribuan tahun itu.

Aidan mencebikan bibirnya "bagaimana dengan rencana mu untuk rakyat Ociana?"

Laura mendesah pelan, kakaknya itu tak ada henti-hentinya bertanya padanya. Tapi di satu sisi ia bersyukur akhirnya kakaknya sudah menjadi pribadi yang lebih baik dan sedikit pasrah dengan keadaan Briana yang belum kunjung membuka matanya walau sudah hampir dua tahun ini. Padahal Aidan juga sudah menemui beberapa orang untuk meminta bantuan mereka, bertanya mengenai keadaan istrinya tersebut, tapi sama saja semuanya menjawab kalau Briana memang sudah tak bisa dibangkitkan.

Aidan tak mengerti apa yang terjadi dengan istrinya, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Semua yang ia bangkitkan dengan ritual pembangkitan pasti akan bangun dalam hitungan menit.

Jujur saja, dalam lubuk hati Aidan ia sudah merasa sangat tak berdaya ingin ia segera pergi untuk menyusul Briana di alam wanita itu. Namun ia harus tetap tegar untuk rakyatnya, mereka sangat membutuhkan sosok Aidan.

"Kak" tegur Laura ketika ia melihat raut wajah kakaknya mulai berubah murung kembali.

Aidan mendongak menatap Laura yang tengah memandangnya hangat, tangan Laura terulur untuk mengusap tangan Aidan yang ada dimeja "kau sudah berjanji untuk tidak bersedih lagi. Kau ingat bukan perjanjian kita? Braid sudah berbaik hati mengizinkan ku tinggal disini sampai aku hamil, jadi aku tak bisa terus menerus menjagamu kak, aku sudah bersuami tugas ku saat ini adalah mengurus suamiku"

"Aku tau, aku tau. Aku tidak akan terpuruk lagi seperti dulu, aku hanya bersedih karena tadi selintas ia masuk dalam pikiranku"

Laura melepas genggamaannya pada tangan Aidan, ia tau kakaknya tak bisa sepenuhnya melupakan Briana karena bagaimana pun Briana adalah separuh jiwa Aidan.

Memang Laura sudah menikah enam bulan yang lalu dengan matenya yaitu Braid, namun waktu itu Aidan belum sepenuhnya dapat bangkit dari keterpurukannya dan Aidan pun masih membutuhkan sosok Laura untuk terus memberinya semangat agar ia bisa bangkit sehingga pria itu mengajukan perjanjian dengan pria bernama Braid tersebut, perjanjian itu adalah dimana saat Laura belum mengandung ia tidak boleh pergi dari kastilnya dan Braid pun menyetujui perjanjian itu.

Dan disini lah Laura sekarang ia masih tinggal dikastil tempat dimana ia dibesatkan bersama suaminya dan juga Aidan.

"Kalau begitu aku tinggal dulu ya Aidan, aku harus menyambut Braid yang akan sampai beberapa menit lagi" ucap Laura dengan senyuman tipis.

Aidan mengangguk mengerti, ia cukup paham dengan kondisi adiknya yang sudah bersuami itu. Tentu saja Laura akan lebih menomor satukan suaminya dibanding dirinya.

Sepeninggalan Laura, Aidan memilih untuk kembali ke kamarnya, ya kamar yang saat ini menjadi tempat peristirahatan Briana, tempat dimana Briana memejamkan matanya selama dua tahun belakangan ini. Awalnya Max maupun Alex menyarankan agar tubuh Briana dipindahkan atau lebih baik dikubur tapi yang ada justru mereka mendapatkan amukan dari Raja mereka, untung saja Laura membela mereka berdua saat situasi amukan Raja itu tengah berlangsung.

King Demon's Bride (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang