4

3.1K 173 11
                                    

Saat ini suasana diruang makan rumah Salsha hanya ada Bunda, Uni(Annisa) kakak tertua Salsha dan Biya(Nabila) Adik Salsha satu-satu nya. Ya Salsha adalah Putri ke dua dari tiga bersaudara. Dimana kakak dan adiknya yang juga wanita. Bunda Salsha sangat beruntung memiliki 3 anak Putri yang mudah diatur. Menurut bunda, ketiga putri nya adalah hal terpenting di hidupnya. Ayah Salsha? Dimana ayah Salsha? Ayah salsha adalah seorang dokter, jadi sudah biasa jika ayah Salsha sibuk mengurusi pasien yang ada dirumah sakit. Salsha tidak pernah merasa kesal perihal ayah nya yang sibuk dengan pekerjaan, karena Salsha bangga dengan ayahnya sebagai seorang dokter, menurut Salsha pekerjaan ayahnya adalah pekerjaan yang mulia yaitu dengan membantu orang-orang sakit. Sewaktu Salsha SMA ayahnya pernah menanyakan pada Salsha perihal kelanjutan pendidikannya. Ayahnya meminta agar Salsha meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai seorang dokter. Namun Salsha menolak dengan keras, karena itu bukanlah cita-cita yang diinginkan Salsha. Salsha menginginkan ia bisa menjadi desainer, desainer baju atau sepatu atau apapaun itu. Salsha tidak ingin menjadi dokter karena terlalu takut jika suatu saat ia tidak bisa menyelamatkan seseorang.

"Ayah belum pulang bun?" Biya memecah keheningan di meja makan tersebut.

"Belum nak, ayah bilang dia lagi nanganin korban kecelakaan." Bunda menjawab pertanyaan dari Putri bungsunya itu. "Ca, gimana sama skripsi kamu nak?" lanjutnya yang tadi menatap Biya saat ini mengalihkan pandangan nya pada Putri kedua nya. Ca? Iya Salsha seringkali dipanggil Cacha/Sasa oleh orang-orang terdekatnya. Karena sewaktu kecil ia masih sulit menyebutkan namanya sendiri yaitu Salsha menjadi Cacha.

"Em, Alhamdulillah udah kelar bun, tinggal nunggu sidang." Salsha mengambil gelas yang berisi air dihadapannya. Lalu meneguknya.

"Widih, kece juga nih adik gue, selamat ya sha." Uni ikut berbicara. "Selamat kak." Biya turut memberi ucapan selamat pada Salsha.

"Alhamdulillah anak bunda akhirnya sebentar lagi wisuda." Bunda beranjak dari duduknya dan berjalan menuju salsha. "Selamat ya nak." Bunda memeluk Putri ke dua nya itu.

"Makasih ya bunda, ini juga berkat bunda. Makasi juga Uni, Biyaa." Ucap Salsha membalas pelukan bunda nya.

"Iya nak, jadi kamu mau ngapain abis wisuda? Jadi desainer kan? Baju, sepatu atau tas? Biar bunda omongin nanti sama ayah." Bunda melepaskan pelukan Salsha.

"Iya bun, nanti Salsha pikirin lagi." jawab Salsha "Bun, aku kekamar ya." lanjutnya dan melangkahkan kakinya menuju anak tangga.

"Ribet amat lu sha. Knapa ga langsung nikah aja sih sama Aldi. Terus kerja dikantor Aldi." ceplos Uni Nisa kepada Salsha.

"Heh, enak aja lu ngomong. Gue pengen jadi wanita yang punya kerjaan dan ga bergantung sama Aldi kalik." tubuh Salsha berbalik dan menatap tajam Uni Nisa.

"Nisa, Salsha. Kebiasaan." Bunda membungkam mulut uni yang sudah siap menjawab Salsha.

"Tau ih. Kalian udah gede masih aja ribut, kaya anak kecil hahaha." Biya menyambung perkataan bunda.

"Diem lo anak kecil." Tanpa sadar Uni Nisa dan Salsha mengucapkannya bersamaan. "Hahaha." suasana rumah Salsha pun menjadi ramai karna mereka spontan tertawa.
Salsha kembali melanjutkan niat awalnya. Ya, kembali ke kamar.
.
.
Pada malam hari suasana kamar dengan dinding bercat putih yang dipenuhi oleh hiasan hiasan kertas hitam berbentuk Bintang itu sunyi, Salsha sedari tadi merenung memikirkan apa yang dibicarakan oleh Steffi. Walau Salsha tidak merespon ucapan Steffi, namun Salsha mencerna dan terus memikirkannya. Apakah benar Karel memiliki perasaan dengan nya? Ah Salsha terus-menerus menepis fikiran itu, namun ada kemungkinan apa yang dibicarakan oleh Steffi adalah benar. Karel selalu memperlakukan Salsha beda dari wanita yang lain. Salsha menyesal mengapa harus sahabatnya yang memberi tahu dahulu sebelum ia menyadari nya.

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang