7

3.1K 159 11
                                        

1tahun4bulan sudah berlalu setelah Salsha lulus kuliah pada jurusan desain mode seperti yang di cita-cita kan oleh Salsha. Saat ini Salsha sedang meneliti sesekali membenarkan sepatu yang terlihat tidak rapih pada rak di butik nya. Ya, gadis itu sudah sanggup membuka butik yang lumayan besar saat ini. SA's shoes. Nama itu lah yang digunakan Salsha untuk menamai butiknya. Salsha berjalan menuju pintu butik dan membalik papan close menjadi open.

"Nes, itu tolong flatshoes tosca di rak nomor 3 dibenerin." Salsha terus menyipitkan matanya untuk membenarkan apakah pandangannya benar. Ya, Salsha akan terus membuat agar butik sepatunya serapih mungkin. Ia tak mau jika pelanggan datang dan sudah malas jika melihat butiknya yang berantakan.

"Ris, itu botol minum yang udah abis tolong dibuang." Tangan Salsha menunjuk botol berlabel Aq*a yang isinya masih setengah diatas meja samping kursi berbusa. Salsha sudah sangat faham. Saat pelanggan nya datang ada saja sampah yang tertinggal ketika sang pelanggan sedang mencoba salah satu sepatu di butiknya. Salsha sangat tidak suka apabila butiknya terlihat tidak rapih terlebih jika kotor. Saat ini Salsha sudah memiliki 2 pegawai. Innes dan Risa. Keduanya kurang lebih sudah bekerja selama satu tahun silam dibutik milik Salsha. Salsha beruntung memiliki pegawai yang mengerti akan dirinya.

Salsha menghembuskan nafas panjang nya. Ia merasa sangat lelah. Karena beberapa malam ini Salsha berhadapan dengan keras dan pensil, Ia berusaha membuat desain baru pada brand miliknya.
"Tolong jaga butik, saya mau istirahat." Salsha meminta kepada Risa dan Innes, tak lupa Salsha tersenyum kepada dua pegawai nya itu. "Iya mba." Innes menjawab ramah. "Mba, gimana kalau nanti ada yang cari mba Salsha?" Risa menambahkan ucapan Innes. Terlihat Salsha berfikir sejenak. Bagaimana jika istirahatnya terganggu nanti. "Bilang aja saya lagi istirahat. Saya bener-benar lelah sekarang." Salsha tersenyum lalu melangkahkan kaki menuju ruangan pribadinya.
.
.
.
Iqbaal memasuki ruang kerja milik Aldi, dimana pada bagian pintu bertuliskan 'manager' tersebut. Tanpa mengetok, Iqbaal sudah berada di dalam saat ini. "Bro, gimana proyek kemaren? Sorry banget nih gue ga bisa nemenin lo meeting, soalnya ada urusan." Iqbaal meletakkan bokong nya pada sofa empuk diruangan milik Aldi. "Sepenting apa urusan lo?" Aldi menjawab namun matanya masih tertuju pada layar laptop di depannya.

"Hmm.." Iqbaal kembali memikirkan kejadian kemarin.

FlashbackOn
"Gimana sayang? Kamu suka ga?" Iqbaal bertanya kepada kekasihnya saat ini. "Ah aku suka bangett, makasih sayang." senyum Steffi mengembang ketika membuka sebuah kotak yang berisikan sebuah gelang perak di dalamnya.

"Syukur deh kalo kamu suka, biar kamu makin cantik kalo pake itu." Iqbaal menaik turunkan alisnya dan tersenyum pada Steffi.

FlashbackOff

Ya, saat ini Iqbaal sudah menjalin hubungan sepagai sepasang kekasih bersama Steffi. Aldi dan Salsha turut senang akan hal tersebut.

Pletak
Awwwwwws.
Teriak Iqbaal karena Aldi melemparkan bolpoin yang ada dimeja nya ke arah Iqbaal yang saat ini sedang mengembangkan senyumnya. "Gue nanya sama lo, sepenting apa urusan lo kemarin. Cih." Aldi kembali menegaskan pertanyaannya. "Ketemu Steffi. Hehe." Iqbaal berkata sesekali memegangi kepalanya yang terkena lemparan bolpoin milik Aldi.

"Shit. Cowo gila." Aldi terus mengumpat, bagaimana ia bisa mempunyai sahabat bodoh seperti Iqbaal. Bahkan ia berteman selama lebih dari 6 tahun. Aldi mengusap wajahnya dengan kasar. "Santai dong Ald. Steffi kan sibuk tuh, jadi mumpung dia ada waktu yaa gue ngeluangin waktu buat dia lah." Ucap Iqbaal yang saat ini menyenderkan tubuhnya pada sofa empuk milik Aldi. "Heh, bego. Lo ngeluangin waktu buat Steffi ya boleh-boleh aja, gue ga ngelarang. Tapi, yang buat gue kesel. Lo ga ada saat meeting itu bener-bener penting. Kan masih ada banyak waktu buat lo ketemu Steffi." Ucap Aldi panjang lebar. Iqbaal menegakkan tubuhnya yang saat ini masih duduk di sofa milik Aldi. "Maafin gue Ald." Iqbaal memasang muka memelas yang malah membuat Aldi geli jika melihatnya. "Lo mau gue lempar sama benda yang lebih berat?" Aldi menatap tajam Iqbaal. "Wkwk, ampun dah ampun." Iqbaal terkekeh. "Lo tuh, jangan pacaran sama laptop terus, kasian Salsha diduain sama Laptop ckck." Iqbaal melanjutkan ucapannya. "Ntar malem gue mau nemuin dia, lagian gue tau kalo waktu luang dia cuma malem, sama kaya gue." Aldi tetap datar.

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang