25

2.9K 168 28
                                    

Bastian terus-menerus menekan digit angka untuk memasukkan password apartemen milik Aldi.

"Arghh!!"

Bastian mengacak rambut keribo miliknya dengan gusar. Bastian kesal. Aldi belum memberitahu password dari apartemen milik Aldi. Dan bodohnya. Bastian lupa menanyakan saat di kantor. Berkali-kali Bastian menghubungi Aldi namun tak di angkat.

Bastian pun kembali merogoh saku celana dan mengambil benda pipih persegi panjang. Lalu menekan beberapa opsi dan mencari kontak Aldi.

Tuttt. Tutt..

"Hall-

"Gila lo kemana aja sih. Gue kaya orang tolol di depan pintu apartemen lo!" Bastian berteriak kesal pada Aldi lewat sambungan telepon.

"Sorry sorry. Gue lagi di Puncak bas. Kenapa?"

Bastian mengusap wajah prustasi. "Bego! Sepupu bego! Gimana lo bisa jadi manager sih! Gue mau masuk dan gatau password nya!!" Lagi-lagi Bastian berteriak.

"Hahaha to the point makanya. 54321." Terdengar suara tawa renyah milik Aldi.

"Itu password nya?" Bastian terdiam menunggu jawaban Aldi.

"Iya." Jawab Aldi singkat.

"Gampang amat sih! Dari tadi gue masukin ulang tahun lo, ulang tahun tante Mel, ulang tahun Salsha, Hari jadi lo sama Salsha, bahkan ulang tahun gue juga. Dan cuma itu password nya? Lo mau apartemen lo kemalingan?" Cerocos Bastian lewat sambungan telepon pada Aldi.

"Berisik ya lo, bukannya cepet mandi, gue tau badan lo bau karna belum mandi."

"Dih. Lo ngapain ke Puncak?" Tanya Bastian.

"Pacaran."

Tut. Tut. Tut..

Baru saja Bastian ingin bicara namun Aldi lebih dulu memutus sambungan telepon. Bastian pun bergegas membersihkan diri.
.
.
.
Sunyi sepi itu lah yang terjadi saat ini. Hanya suara TV yang menyala terdengar diruang ini. Salsha sibuk dengan pensil di tangan, yang ia goreskan pada kertas polos berwarna putih. Sedangkan Aldi, jemari tangan Aldi terus menari diatas keyboard laptop. Sesekali Aldi memandang Salsha, rambut yang dikucir kuda dan saat ini Salsha sudah menghapus make up diwajah nya. Saat ini Aldi terus memandang wajah Salsha. Sungguh Aldi sangat kagum dengan wanita di hadapannya saat ini. Wajahnya tetap cantik meskipun sudah tidak ada make up yang tergores.

Kedua nya memutuskan untuk menginap di vila. Karena waktu sudah larut malam. Aldi pun sudah meminta Izin pada Helen a.k.a Bunda Salsha bahwa Salsha malam ini bersama nya. Helen mengizinkan karena sejauh ini Aldi selalu menjaga Salsha. Helen percaya pada Aldi.

"Sha." Aldi menutup laptop dan menatap Salsha.

"Hmm." Salsha hanya berdehem dan masih fokus pada aktivitasnya.

"Kamu ga capek? Tadi dijalan kan ga tidur." Aldi menggeser posisi duduk, mendekati Salsha. Memperhatikan setiap hasil goresan pensil Salsha diatas kertas putih.

"Engga. Nanti kalo capek aku tidur. Aku mau nyelesain ini dulu." Salsha tetap fokus. Tak menengok pada Aldi yang saat ini di hadapannya.

"Jangan kemaleman dong. Hoaam." Aldi menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Iya. Kamu tidur duluan aja." Salsha tetap tak menoleh pada Aldi.

"Sha, kamu masih marah sama aku?" Aldi berucap serius. Menundukkan kepala tepat diatas kertas yang Salsha pandang saat ini.

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang