21

2.4K 141 48
                                    

Salsha masih diam mematung didepan pintu rumah miliknya. Berkali-kali Salsha menarik nafas dan membuangnya. Tadi nya Salsha berniat untuk pulang ke apartemen Steffi. Namun, Steffi tadi siang memberi tahu bahwa malam ini ada sesi pemotretan di Puncak. Otomatis Steffi menginap. Salsha memberanikan diri memegang gagang pintu dan membukanya. Salsha berharap ayah nya belum pulang kerja dan Bunda sudah tidur. Salsha memasuki rumah dengan langkah kaki yang perlahan.

"Udah pulang nak?"

Langkah Salsha terhenti, dan menengok pada sumber suara.

"Eh ayah, udah pulang dari rumah sakit?" Salsha tersenyum. Ya, seseorang tersebut adalah ayah Salsha, seorang dokter disalah satu rumah sakit ternama. Ayah Salsha bernama Hasdi.

"Sudah nak." Hasdi menghampiri Salsha. Mengusap lembut Puncak kepala anak gadisnya.

"Salsha langsung ke kamar oke yah." Salsha tersenyum, mendekap tubuh kekar ayahnya. Sungguh lelaki yang tak pernah membuatnya menangis.

"Kamu kenapa nak? Mata kamu sembab?" Hasdi menatap wajah Salsha.

"Hem? Keliatan ya yah? Tadi Salsha abis nonton drama korea sama Steffi, sedih banget." Salsha terkekeh kecil. Inilah yang Salsha takuti. Ayahnya selalu memperhatikan keadaan Salsha. Untung saja alasan Salsha masuk akal.

"Kamu ini." Hasdi mengacak rambut putrinya. "Yaudah sana istirahat nak." Hasdi tersenyum.

Salsha pun melanjutkan langkah. Menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Setelah memasuki kamar, Salsha membersihkan diri. Lalu mengganti pakaian. Dan langsung merebahkan diri pada ranjang kamarnya.

Salsha menatap langit-langit kamar tidur nya.

'Sha, kamu tau? Jika nanti ada Seseorang baru, yang datang dan membuat aku nyaman. Aku akan berfikir berkali-kali. Betapa bodohnya aku kalau aku berpaling ninggalin kamu demi seseorang yang baru itu.'

'Kalau cuma buat nyaman ya gapapa, tapi kan dia berusaha buat aku jauh dari kamu. Siapa dia berani-berani nya jauhin aku dari wanita hebat selain mamah?'

"Arghhhh!!" Salsha berteriak kesal. Kalimat yang Aldi ucapkan dahulu terus berputar diotaknya.

Orang baru itu hadir tanpa kamu sadari Ald, dan dia buat kamu jauh dari aku. Batin Salsha terus berbicara. Hingga Air mata kembali membasahi pipinya.

Salsha memejamkan kedua mata perlahan.

'Kamu jangan nangisin hal-hal yang ga berguna. Aku ga akan rela.'

Salsha menggeleng. Menjambak rambutnya. Apa ini hal yang berguna? Apa aku boleh nangis Ald. Lagi-lagi Salsha berucap dalam hati. Kejadian yang ia lihat malam ini terus berputar diotak dan sudah terekam oleh ingatannya. Salsha masih belum berhenti menangis dengan mata yang terpejam. Hingga Salsha terlelap di alam mimpi.
.
.
.
Salsha berjalan lunglai memasuki pintu butik. Salsha memperhatikan sekitar ruangan butik. Sudah ramai pengunjung. Pemandangan ini membuat Salsha tersenyum. Setidaknya moodnya sedikit membaik pagi ini.

"Ris, maaf saya ga bisa bantu kalian ngelayanin pembeli hari ini." Salsha menghampiri Risa di kasir.

"Eh iya gapapa mba." Risa tersenyum.

Salsha melanjutkan melangkahkan kaki menuju ruangan pribadinya.

Salsha menjatuhkan diri pada sofa. Dan memejamkan mata menenangkan fikiran.

Toktok.
Mata Salsha kembali terbuka ketika mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu.

"Masuk." Teriak Salsha.

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang