8

2.8K 150 15
                                        

Gadis itu terus menerus menatap dirinya pada cermin besar. Melihat apa yang kurang. Ya, bibir itu masih terlihat polos. Salsha mengambil lip gloss di atas meja rias miliknya. Lalu, mengoleskannya pada bibir yang mungil itu. Setelah di rasa cukup, Salsha meletakkan kembali lip gloss yang sudah ia pakai di atas meja. Salsha kembali menatap dirinya pada cermin. Terus memikirkan apakah dandanan nya kali ini berlebihan atau tidak. Gadis yang saat ini mengenakan atasan baju Sabrina berwarna hitam dan rok selutut yang sedikit mengembang dengan warna putih, rambut terurai yang sedikit ikal pada bagian ujungnya karena sebelumnya sudah ia catok, menatap dirinya pada cermin seraya mengembangkan senyum diwajah nya. Salsha memikir kan sesuatu. Dirinya memikirkan, betapa beruntung nya memiliki seorang Aldi di hidup nya.

Tring
Nada dering pendek yang menandakan adanya pesan masuk, membuat pandangan Salsha beralih menjadi menatap benda pipih yang saat ini sudah berada di genggamannya.

1newmessage.
Ald❤
Aku udah dibawah sha. Bilang bunda, nanti aku mampir nya waktu pulang.

Salsha tak membalas pesan tersebut, melainkan langsung beranjak berdiri dan membuka lemari yang berisikan berbagai macam sepatu. Matanya terus mencari sepatu mana yang cocok untuknya saat ini. Tak heran, Salsha adalah seorang desainer sepatu, wajar saja jika koleksi sepatu di kamar nya sulit untuk di hitung. Mata Salsha terhenti, dan mengambil Wedges berwarna putih dengan sedikit tali pada bagian mata kaki. Dengan terburu-buru Salsha memakai nya. Lalu, mengambil tas jinjing yang sudah ia letakkan di atas ranjang. Salsha meraihnya. Meletakkan Handphone kedalam tas berwarna putih dengan adanya sedikit corak bunga berwarna merah pada tas jinjing tersebut. Segera Salsha menuruni satu persatu anak tangga didalam rumahnya untuk menuju pintu keluar.

"Bun, Salsha pamit, pergi sama Aldi." Salsha mengentikan langkahnya saat melihat bunda yang berada di ruang TV. "Oh iya, kata Aldi nanti dia mampir kok. Tapi ga sekarang." lanjutnya.

"Iya nak, hati-hati." Bunda mengalihkan pandangan nya pada Televisi menatap Putri kedua nya itu.

"Okeey bun." Salsha menghampiri nya, mengecup punggung tangan wanita yang ia sapa sebagai bunda tersebut. Segera Salsha menuju pintu keluar rumah, berlari kecil menghampiri Aldi yang saat ini sedang menyenderkan tubuhnya pada mobil dan menatap nya.

"Jangan lari-lari." Ucap Aldi saat Salsha sudah berada dihadapannya saat ini.

"Huh, Maaf lama." Salsha mengatur nafasnya yang saat ini tak beraturan. Salsha menyesal telah berlari saat menuruni anak tangga itu.

Aldi terus menatapnya. Memperhatikan gadis yang saat ini tepat di hadapannya. Melihat wajah Salsha dengan lekat. Gadis yang cantik, natural, tidak berlebihan, dan tidak peduli jika make up di wajah nya luntur saat keringat membasahi wajahnya. Batin Aldi.

"Kamu kenapa lari-lari, lagian kaya mau ngehadirin acara atau nonton film yang bakal kehabisan tiket kalo telat." Aldi masih terus menatap Salsha.

"Iya-iya maaf, kamu kenapa si liatin nya gitu banget, make up aku berlebihan ya?" Tangan Salsha terangkat bersiap mengelap wajahnya namun tangan kanan Aldi menahannya.

"Emang aku udah jawab? Kamu buru-buru mau ngelap aja." Lalu tangan Aldi terulur mengelap keringat yang saat ini menetes pada dahi Salsha menggunakan tangan bagian kirinya. "Nih, makanya aku bilang jangan lari-lari sayang." Lelaki itu tersenyum menunjukkan jarinya yang basah saat mengusap dahi gadis tersebut.

Oh tuhan, aku menyesal telah berlari. Batin Salsha yang melihat jari Aldi benar-benar basah akibat mengelap keringat di dahinya. "Hmm. Maaf. Sekarang kita mau kemana?" Salsha kembali menatap Aldi yang saat ini mengenakan kaos putih dibalut jacket berwarna hitam, dan juga jeans yang sepadan dengan warna kaos nya tersebut. Sneakers berwarna hitam. Salsha sedikit terkekeh melihatnya.

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang