Aldi terus-menerus mengumpat di setiap jeda cerita. Aldi menceritakan nya dengan penuh emosi. Berkali-kali mengusap wajah dengan kasar, mengacak rambut. Sungguh fikiran Aldi sangat kacau.
"Coba inget lagi. Lo ngapain aja setelah nangis!" Kiki berucap kesal pada Aldi yang terus mengadu, bertanya 'harus bagaimana?'
"Gue ga inget! Aaargh!!" Berkali-kali Aldi menjambak rambut dan berteriak kesal.
"Ya lo harus cari tau, apa bener itu janin yang dikandung Karin anak lo atau bukan." Kiki menepuk bahu Aldi. "Lagian. Secantik apaan sih tu cewe bisa sampe buat lo kaya gini?!" Kiki sangat kesal pada Aldi. Kiki Memanglah belum bertemu dengan Karin yang selama ini Aldi, Iqbaal dan juga Bastian ceritakan.
"Gimana caranya bang?!" Aldi berucap dengan tampang memelas. "Ish!" Lagi-lagi Aldi berdecak kesal.
"Ya itu lo yang ngatur lah, kan lo yang tau gimana selama kalian deket." Kiki tersenyum. "Udah, sekarang jangan terlalu dipikirin, tapi harus bertindak." Lagi-lagi Kiki menepuk bahu Aldi.
Aldi mengangguk pasrah, lalu terus memikirkan bagaimana nasib hidupnya selanjutnya.
Drt.. Drt..
Handphone Aldi yang di letakkan pada meja menyala dan bergetar menampilkan sebuah panggilan.Mama's Calling..
Dahi Aldi berkerut. Ada apa mama nya menelepon diwaktu jam kerja seperti ini? Biasanya pada waktu malam hari.
Kiki memperhatikan Aldi yang malah melamun bukannya segera mengangkat panggilan.
"Heh! Angkat." Perintah Kiki yang membuyarkan lamunan Aldi.
Aldi pun mengangkatnya.
"Halo ma." Aldi menyesap kopi yang tadi di pesannya.
"Nak, mama di rumah bunda."
'Uhukk' Tiba-tiba Aldi tersedak kaget, dan langsung meletakkan secangkir kopi tersebut kembali pada meja.
Kiki yang melihat nya spontan menepuk punggung Aldi. Dan mengangkat kedua alis bertanda penasaran apa yang di bicarakan oleh Mama Aldi.
"Halo nak? Kenapa? Kok malah diam?"
"Iya ma maaf tadi lagi ga fokus. Nanti Aldi kesana."
"Yaudah nak, mama tunggu."
Tutt.. Tutt..
Aldi langsung memutus sambungan telepon. "Mati gue bang mati!!" Aldi berucap heboh mengguncang kedua lengan Kiki.
"Kenapa sih?!" Kiki semakin kesal dengan Aldi. "Ih lepasin bego!" Kiki menepis kedua tangan Aldi pada lengan nya.
"Gue yakin, mama pasti udah tau nih!" Aldi bangkit dan berjalan mondar-mandir dihadapan Kiki.
"Apaansih!" Kiki menahan Aldi yang terus berjalan bolak-balik dihadapannya.
"Nyokap gue di rumah bunda bang!!" Aldi menghentakkan kaki kesal.
"Bunda? Bunda Helen nyokapnya Salsha?"
Aldi mengangguk.
"Ya Bagus lah, calon besan akur." Kiki berucap cuek.
"Masalahnya. Keadaannya lagi ga baikk." Aldi berucap dengan penuh penekanan. Kiki hanya diam melihat Aldi yang terlihat sangat emosi. "Gue harus gimana nih?!" Aldi memejamkan mata. "Arghh!!" kembali Aldi mengacak rambut.
Kiki hanya memperhatikan wajah Aldi yang sangat amat frustasi.
"Bang, gue kerumah Salsha dulu deh nemuin nyokap." Aldi langsung berbalik melangkah meninggalkan Kiki yang masih melihatnya. "Kalo Iqbaal atau Bastian kesini tagih duit aja itu yang gue pesen tadi bang." Aldi kembali menoleh dan mendapat anggukan kepala oleh Kiki. Akhirnya Aldi pun kembali melangkahkan kaki.
.
.
.
Suara ramai kendaraan menemani keduanya diperjalanan ditemani oleh lagu yang berasal dari radio yang menyala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Understanding (Completed)
FanfictionCover by @evitafauziaah 💕 Cerita pertama dengan tanda baca yang masih tak beraturan. Juga dengan tatanan bahasa yang tidak memenuhi KBBI🙏