5

3K 176 10
                                    

"Aku ketoilet dulu shaa. Kebelet." Tanpa jawaban dari Salsha, Aldi langsung beranjak pergi meninggalkan kekasih nya.

25 menit berlalu, kentang goreng yang sedari tadi Salsha makan untuk camilan sampai habis hanya menunggu Aldi yang tadi pamit untuk pergi ke toilet. Ah. Entah kemana lelaki itu. Salsha terus memikirkannya. Apa yang Aldi lakukan di toilet sampai 25 menit begini? Mata Salsha beralih melihat keluar jendela, jalanan tidak terlalu padat, mungkin karena ini bukan lah weekend.
45 menit berlalu. Salsha mulai kesal. Ia pun mengambil handphone nya yang sedari tadi tergeletak di meja. Ia mencari kontak dengan keyword "Aldi" setelah Salsha menemukannya, Salsha meng-klik ikon berwarna hijau.
Tuutt..

I just wanna be part of your symphony..
Will you hold me tight and not let go?
Symphony..

Salsha mendengar nada dering sebuah handphone. Ya. Dia ingat bahwa nada dering Clean Bandit - Symphony ft. Zara Larsson itu adalah nada panggilan masuk yang dipakai oleh Aldi. Salsha mencari kemana sumber suara tersebut. Ah sial. Ternyata Aldi meninggalkan handphone nya dimeja. Salsha mengakhiri panggilannya.
"Kemana sih Ald. Ish." Salsha terus menggerutu, siapa yang tidak kesal jika ditinggalkan ditempat ramai sendirian? Dan pamit hanya untuk ke toilet namun selama ini?

"Sha." Salsha menoleh ketika ia merasa namanya terpanggil. Ternyata itu Aldi. Salsha dapat bernafas lega saat ini.

"Kamu kema-

"Maaf sha, ngantri tadi." Aldi menatap kekasihnya yang saat ini sudah memanyunkan bibirnya.

"Hm." Salsha hanya membalasnya dengan deheman.

"Oiya, selamat ya sayang. Aku bangga sama kamu, kamu udah nyelesain skripsi kamu duluan dibanding Steffi Karel dan temen temen seangkatan kamu. Aku sayang sama kamu sha, tetep jadi wanita kebanggaan aku setelah mama. Nih." Aldi tersenyum saat tangan nya memberikan dua bucket bunga, yang satu adalah Mawar putih dan yang satu adalah bucket berisi beberapa Mawar merah, bunga lily, dan beberapa bunga lain. Aldi tidak mengerti itu bunga apa. Aldi masih terus menatap Salsha yang sedari tadi hanya diam. "Oh tuhan betapa cantiknya gadisku." Batin Aldi yang terus memandang gadis yang saat ini menggunakan dress selutut berwana pink, rambut terurai, flatshoes berwarna putih, make up yang terkesan simple namun bisa membuat wanita manapun iri jika melihatnya. "Sha, kok ngelamun? Ini ga diterima? Aku capek loh lari-lari." Aldi menyodorkan dua bucket bunga tersebut pada Salsha.

Salsha menerima bunga tersebut, gadis itu menutup mulutnya bertanda tak percaya dengan apa yang baru saja Aldi lakukan terhadapnya. "Makasih Ald, aku bener-bener ga nyangka, aku kira kamu bakal cuek aja waktu tau aku tinggal nunggu sidang." Saat ini Salsha menghirup aroma bunga yang ada di tangannya. Lalu tanpa sadar Salsha mengembangkan senyumnya.

"Mustahil aku cuek, kan aku yang ngebet banget pengen kamu cepet lulus, aku kasian liat kesayangan aku dipusingin sama skripsi yang terus-terusan di revisi. Hehe." Aldi balas tersenyum. "Yuk, duduk lagi." Aldi dan Salsha kembali duduk.
"Kamu dapet dari mana ini bunga?" Salsha menatap Aldi yang saat ini duduk di hadapannya. "Nyari dong." Aldi menaik turunkan alisnya sambil tersenyum. "Nyari dimana? Setau aku toko bunga disini lumayan jauh, kamu ga mungkin deh bawa mobil. Aku dari tadi liat mobil kamu di parkiran. Tuh." Salsha menunjuk mobil Aldi yang tersusun rapih di parkiran caffe dengan mobil pengunjung yang lain.

"Kamu ga perlu tau aku dapet itu dari mana sha. Yang harus kamu tau, tanpa aku ngasih bunga itu ke kamu, aku tetep bangga sama kamu, itu cuma sebagai apresiasi kebanggaan aku ke kamu sha. Rasa sayang aku jangan kamu ukur cuma dengan sebuket bunga itu. Aku sayang sama kamu tulus. Bukan berarti aku ga ikhlas ya ngasih bunga nya. Aku ikhlas. Cuma kamu jangan banyak tanya aku gimana cara dapetinnya. Itu urusan aku." Aldi menyimpulkan senyum dibibirnya, dan menggenggam tangan salsha dengan lembut.

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang