Salsha menambah kecepatan mobil yang ia kendarai. Terus-menerus Salsha memperhatikan jam yang berada di pergelangan tangan kiri nya. Sebenarnya Salsha tidak terlalu telat. Hanya saja, ia mengerti bagaimana Steffi, Steffi adalah salah satu orang yang sulit untuk tenang dalam keadaan apapun. Salsha memakirkan mobilnya saat sudah berada di halaman butik miliknya. Segera Salsha berlari memasuki butik.
"Lo gila sha, ini udah jam berapa." Yap, baru saja Salsha membuka pintu, sudah terdengar teriakan Steffi dari dalam butiknya. "Jangan berlebihan steff, ini masih jam 8 dan lo pemotretan jam 12." Salsha membuka jacket yang ia kenakan dan meletakkannya pada Sofa yang tersedia di dalam butik miliknya. Lalu menghampiri Steffi. "Konsep nya apa?" Salsha melihat-lihat koleksi sepatu pada butik yang di jualnya. "Holliday." Steffi ikut berdiri menghampiri Salsha. "Okey, itu berarti lo pake hmm.." Salsha nampak berfikir, matanya terus mencari apa yang cocok untuk sahabatnya itu. "Ini diaa." Salsha mengambil sneakers putih dengan list berwarna pink karena Salsha melihat saat ini Steffi menggunakan Sweater berwarna pink.
Steffi nampak memicingkan mata. Dan mengambil alih sneakers yang berada di tangan Salsha. "Kenapa gue selalu jatuh Cinta sama pilihan lo sih." Steffi menjatuhkan bokongnya pada kursi yang memang disediakan Salsha untuk pengunjung yang akan mencoba sepatu di butik miliknya. "Yup, ini cocok banget." Teriak Steffi yang saat ini berdiri dan berlari menghampiri kaca. Menggerakkan kaki nya di depan kaca.
"Ga nyampe 2 jam kan? Ribet amat lo gue telat dikit." Salsha menjatuhkan tubuhnya di sofa. "Hehe, okey, thanks my sister." Steffi ikut menghampiri Salsha dan memeluknya. "Ish, lebay lo. Udah sana berangkat. Bilang sama supir lo, hati-hati." Salsha melepaskan pelukan Steffi. "Okey bu boss." Steffi berlari kecil meninggalkan butik Salsha dengan senyum yang mengembang di bibir nya.
Salsha tetap setia pada sofa yang saat ini didudukinya. Melihat beberapa pengunjung yang saat ini sedang dilayani oleh Innes dan Risa. Sepertinya Salsha harus menambah pegawainya saat ini karena menurutnya ia kewalahan jika hanya memperkerjakan dua pegawai. Salsha memang jarang melayani beberapa pengunjung, Salsha akan melayani jika Salsha mengenalnya atau jika itu adalah pelanggan setia butik nya. Terlihat Risa menghampirinya.
"Mba, boleh saya bicara sebentar?" tanya Risa dengan hati-hati, Risa tau jika Salsha adalah orang yang baik pada pegawainya. Namun, ia tetap harus bersikap sopan kepada Salsha. Itulah prinsip Risa. "Boleh ris, kamu pake izin segala, yuk diruangan saya aja." Salsha beranjak dari duduk nya berjalan menuju ruangan miliknya diikuti oleh Risa.
"Kamu mau ngomong apa ris?"
"Jadi gini mba, penjualan butik meningkat, banyak sepatu yang terjual."
"Good. Lalu apa ada masalah?"
"Saya heran mba, kenapa keuangan kita menurun."
Salsha terbelak kaget mendengar ucapan Risa. "Bagaimana itu bisa terjadi ris?"
"Saya juga kurang tau mba, saya dan Innes kemarin kaget waktu liat keuangan kita." Risa nampak berucap serius. Salsha memijit pelipisnya perlahan. "Baiklah, nanti saya cari tau. Kamu boleh kembali membantu Innes melayani pengunjung." Salsha menyenderkan tubuh pada senderan kursi. "Baik mba, permisi." Risa menundukkan kepala lalu pergi.
.
.
.
"Ald, bokap lo kapan balik ke Indo?" Iqbaal bertanya kepada Aldi yang saat ini sedang mengaduk spageti dimangkuk nya. "Lo buat gue ga nafsu makan lagi." Aldi menghentikan aktivitas nya mengaduk spageti. "Njir, sensi amat lo. Berantem lagi?" Iqbaal meneguk ice tea yang tadi di pesannya."Gue kesel baal, kasian nyokap sendirian di rumah, lagian knpa coba dia harus pake acara ke malay untuk ngurusin kerjaan. Buat apa ada gue?"
"Yeeh, sekarang gue tanya, kenapa ga lo yang pulang dan ga perlu tinggal di Apartemen?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Understanding (Completed)
FanfictionCover by @evitafauziaah 💕 Cerita pertama dengan tanda baca yang masih tak beraturan. Juga dengan tatanan bahasa yang tidak memenuhi KBBI🙏