24

2.8K 165 78
                                    

Iqbaal tersadar akan tingkah Aldi yang ternyata sedari tadi mengetuk-ngetuk kan jarinya pada meja. Iqbaal mengalihkan pandangannya yang semula melihat jari Aldi lalu menatap wajah Aldi yang ternyata menatap kaca jendela dengan tatapan kosong.

"Gue khawatir sama lo Ald." Iqbaal masih terus menatap Aldi.

Aldi tetap diam. Iqbaal semakin bingung dengan Aldi.

"Aldi!" Bentak Iqbaal dan sukses membuat Aldi tersentak kaget karena suara Iqbaal yang mengeras.

Aldi menatap Iqbaal, mengangkat kepala sedikit ke atas dengan tatapan seolah bertanya 'kenapa?'

"Gue takut lo kesambet," Iqbaal bergidik ngeri.

Aldi hanya mengangkat bahu acuh tak menanggapi ucapan Iqbaal.

"Cih." Sungguh tatapan Iqbaal sangat kesal melihat Aldi yang saat ini kembali menatap kaca jendela.

"Lo kenapa sih baal?" Akhirnya Aldi angkat bicara karena mendengar Iqbaal yang terus menggerutu.

"Gue kesel, nih kerjaan kapan kelar sih!" Iqbaal mengacak rambutnya frustasi.

Tatapan Aldi tak beralih, tetap menatap kaca jendela. "Udah dibantu sama Bastian masih aja lo pusing."

"Gue sama Bastian udah bagi tugas, tapi tetep aja buat gue pusing." Iqbaal menatap layar laptopnya. "Kapan sih urusan kerjaan ini ringan nya! Akhir-akhir ini berat banget!" Iqbaal melanjutkan ucapannya dan masih terus menggerutu.

"Kerjain yang bener, nanti juga kelar." Aldi mengangkat secangkir kopi yang ada pada meja. Lalu meneguk nya. "Ini udah akhir bulan. Biasanya kerjaan kantor bakalan ga padat lagi." Aldi kembali meletakkan secangkir kopi tersebut pada meja.

Iqbaal menutup laptopnya dengan kasar. "Arghh!! Akhirnya selesai jugaa!" Iqbaal membuka kancing atas kemeja kerja miliknya. Mengambil koran diatas meja lalu dipergunakan untuk mengipas wajahnya. "Besok meeting terakhir ngomongin kontrak kerja sama perusahaan Oplus kan Ald?" Iqbaal meletakkan koran tersebut kembali ke meja. "Setelah itu selesai kan kerjaan kita yang selalu numpuk?" Lanjut Iqbaal lalu mengambil remote AC menurun kan suhu supaya ruangan lebih dingin.

"Hmm." Aldi hanya berdehem menanggapi Iqbaal.

"Gue heran deh. Kenapa sih lo irit banget ngomong?"

"Gue nungguin kabar Karel." Aldi menoleh pada Iqbaal.

"Lah? Setelah lo di tampar Salsha sekarang lo mau apain Karel? Kok nunggu kabar Karel?" Iqbaal menatap Aldi dengan tatapan serius.

"Mau apain Karel?" Aldi mengulang kalimat pertanyaan dari Iqbaal. "Lo ga usah mikir aneh-aneh deh. Kan gue yang salah, Karel mah baik jagain Salsha."

"Nah, terus kenapa lo nunggu kabar dari Karel?" Tanya Iqbaal lagi.

"Gue minta tolong, kalo Salsha ke restaurant dia kabarin gue." Aldi menatap layar laptop dihadapannya.

"Bego!" Iqbaal berucap ketus. Membuat Aldi menoleh kearah nya dengan tatapan bertanya. "Lo tuh bego! Karel itu emosi sama lo. Mana mau dia ngabarin lo!" Ucap Iqbaal masih dengan nada ketus nya.

"Terus gue harus gimana?" Aldi bertanya polos.

"Datengin Salsha langsung!!" Iqbaal benar-benar emosi menanggapi Aldi. "Ilangin sih gengsi lo! Yang salah itu lo. Lo bayangin ga gimana perasaan Salsha liat lo ciuman sama jalang?!" Ucap Iqbaal dengan kasar.

"Baal. Dia bukan jalang." Aldi membela.

"Terus aja belain!"

Aldi mengusap wajahnya dengan Kasar.

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang