Salsha melewati hari-hari beratnya dengan menyibukkan diri di butik. Saat ini Salsha memilih menjaga kasir melayani pengunjung yang akan membayar sepatu.
"Shaa!" seseorang menepuk bahu Salsha hingga membuat Salsha tersentak kaget.
"Eh Rel. Kaget gue." Salsha menggelengkan kepala dan pergi menginggalkan kasir lalu menyuruh Risa agar menjaga kasir menggantikannya.
"Ya abis nya, lo ngelamun gitu." Karel membuntuti Salsha yang saat ini berjalan menuju ruangan pribadinya. "Kenapa? Ada masalah sha?" Karel menatap Salsha yang saat ini sudah duduk pada meja kerja nya, dimana kertas dan pensil yang berserakan karena Salsha yang sering mendisain sepatu.
"Engga. Emang muka gue muka muka yang keliatannya punya masalah gitu ya?" Salsha menatap Karel bingung.
Karel mengangkat kedua bahu acuh. "Lo udah makan siang belum?"
Terlihat Salsha menggeleng. "Makan di restaurant gue yuk. Ajak Steffi sekalian. Ntar gue yang hubungin."
"Okey, yuk berangkat, kebetulan gue laper." Salsha terkekeh pelan dan mengambil Sling bag pada meja kerjanya.
.
.
.
Aldi masih fokus menatap layar laptop diruangannya. Aldi sangat muak. Akhir-akhir ini pekerjaan sangat menyita waktunya. Bahkan Aldi sering kali menginap di kantor karena pekerjaan nya. Baru saja ayahnya mengabari bahwa Aldi harus segera mengirim dokumen persentase jumlah beberapa perusahaan yang mau bekerja sama dengan kantor nya. Aldi membenci itu. Karena benar-benar menguras otaknya.Aldi menengok saat ia merasa mendengar pintu yang terbuka.
"Hay di."
Ternyata memunculkan sosok Karin. "Maaf soal malam lusa." Karin menunduk.
"Lupain rin." Aldi kembali fokus pada pekerjaan nya.
"Aku ganggu ya?" Suara Karin melemah.
Entah mengapa hati Aldi selalu tergugah jika mendengar suara Karin yang mulai melemah. "Engga kok." Aldi menatap Karin dan Tersenyum.
"Eh di, makan siang yuk. Kamu belum makan kan?"
Sungguh Aldi ingin menolaknya karena pekerjaan ini benar-benar menumpuk. Otak Aldi terus berfikir alasan apa yang tepat untuk menolak nya.
"Aku udah janji mau makan siang sama Iqbaal rin. Maaf yaa." Aldi menatap Karin. Yap, akhirnya ia menemukan alasan.
"Em. Gapapa. Yaudah aku duluan ya." Karin tersenyum.
"Rin." Panggilan Aldi membuat Karin kembali menoleh.
"Beneran makan ya. Inget kamu punya magh kronis."
Ucapan Aldi tak dijawab oleh Karin. Karin hanya mengangguk dan tersenyum pada Aldi.
Ketika Karin benar-benar sudah keluar dari ruangan Aldi. Aldi kembali melanjutkan aktivitasnya. Ya, menyelesaikan pekerjaannya.
Klek
Suara pintu yang terbuka membuat otak Aldi kembali buyar. Tatapan Aldi tetap mengarah pada layar laptop. Tidak melihat siapa yang masuk."Apa lagi rin?" Aldi berucap malas.
"Rin?"
Aldi menoleh ketika yang di dengar justru suara Iqbaal.
"Karin maksud lo?" Iqbaal menatap Aldi dengan tatapan mendeteksi.
Aldi hanya mengangguk.
"Ngapain dia kesini?" Iqbaal duduk dihadapan Aldi.
"Ngajak makan siang." Jawab Aldi acuh yang saat ini tetap memperhatikan layar laptop
"Bagus. Lo nolak dong?" Iqbaal bertanya antusias.
![](https://img.wattpad.com/cover/127120841-288-k212208.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Understanding (Completed)
FanfictionCover by @evitafauziaah 💕 Cerita pertama dengan tanda baca yang masih tak beraturan. Juga dengan tatanan bahasa yang tidak memenuhi KBBI🙏