Ketiganya duduk pada sofa berukuran big size pada apartemen milik Steffi. Steffi memeluk Salsha menggenggam tangan Salsha dengan erat.
"Kenapa sih? Tolong cerita, jangan bikin gue penasaran kaya gini." Steffi terus-menerus meminta penjelasan pada Karel dan juga Salsha.
"Steff." Karel menatap Steffi lalu pandangan Karel beralih pada Salsha yang masih menangis. Mengisyaratkan pada Steffi bahwa biarkan Salsha tenang terlebih dahulu.
"Gue ga tega liat dia nangis terus-terusan rel! Tolong jelasin ke gue." Suara Steffi ikut melemah, memohon pada Karel.
"Steff, tadi gue nunggu Aldi di halaman butik, terus ada cowo ngeganggu gue." Salsha mulai bicara, merenggangkan pelukannya dari tubuh Steffi menatap Steffi. "Gue fikir itu hal biasa karena selama ini banyak yang ganggu gue dan itu sekedar lewat aja. Tapi ini." Salsha mengusap wajahnya kasar, menutup kedua wajahnya dengan telapak tangan. "Tapi ini, dia berani sentuh gue steff, gue takut." Salsha membungkam mulutnya dan air mata terus mengalir, membasahi kedua pipi kentalnya. "Gue takut steff." Suara Salsha serak, semakin melemah.
Dengan cepat, Steffi kembali menarik Salsha kedalam pelukan. Steffi terus-menerus menggelengkan kepala. Mengusap rambut hitam kecoklatan milik Salsha dengan lembut.
Terlihat Karel mengusap wajahnya dengan kasar. Jadi Salsha bener-bener nunggu Aldi. Batinnya.
Salsha terus menangis sesenggukan dalam pelukan Steffi. "Udah sha, gue ga tega liat lo nangis sha." Suara Steffi ikut melemah.
"Gue takut." Kalimat tersebut yang saat ini Steffi dan juga Karel terus mendengar dari mulut Salsha.
Steffi merenggangkan pelukannya. Lalu menangkup wajah Salsha menggunakan kedua tangannya. "Lo nunggu Aldi? Dia bilang mau jemput lo?" Steffi mencoba bertanya pada Salsha.
Terlihat Salsha mengangguk. "Bahkan dia bilang udah otw buat jemput gue Steff." Salsha memejamkan mata nya yang sembab akibat terus menangis.
"Bangsat! Kemana dia?!" Terlihat tangan Steffi mengepal geram. Karel menggelengkan kepala. Lo bodoh Aldi! Lo bodoh. Batin Karel terus mengumpat.
"Gue gatau steff." Salsha menggeleng dengan kuat, memijit dahi nya.
"Cowo brengsek! Gue benci sama Aldi!" Suara Steffi meninggi.
"Steff udah!" Karel mencoba menenangkan Steffi yang tersulut emosi. Bukan hanya Steffi yang emosi, Karel pun sama, dirinya pun emosi pada Aldi.
"Kemana dia sekarang?" Steffi menatap Karel, dan beralih mengambil telephone genggam milik Salsha. Menekan beberapa opsi. "Liat, bahkan dia ga ngabarin Salsha rel." Steffi meletakkan benda pipih persegi panjang itu dengan kasar pada sofa.
"Mungkin dia ada urusan penting Steff, dan ga sempet ngabarin gue, udah biarin. Gue ga papa." Salsha mencoba tersenyum dengan air mata yang masih menetes.
"Terserah lo deh sha! Pikiran lo tetep baik aja." Steffi menggeleng. "Lo boleh bilang gapapa kalo lo udah berenti nangis." Lanjutnya mengusap bahu Salsha.
Terlihat Salsha mengangguk. Lalu beralih menatap Karel. Salsha melihat bibir dan wajah karel yang lebam dan sedikit berdarah. Salsha berdiri dan melangkahkan kaki menuju dapur. Steffi dan Karel terlihat bingung melihat Salsha.
Salsha kembali dari daput dengan baskom kecil berisi air hangat dan kompres ditangannya. Dan menjatuhkan bokong pada sofa milik Apartemen Steffi.
"Rel, maafin gue, karena gue lo jadi luka kaya gini." Dengan perlahan Salsha membasuh luka pada bibir dan wajah Karel menggunakan kompres yang ia ambil dari dapur Steffi.
![](https://img.wattpad.com/cover/127120841-288-k212208.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Understanding (Completed)
FanfictionCover by @evitafauziaah 💕 Cerita pertama dengan tanda baca yang masih tak beraturan. Juga dengan tatanan bahasa yang tidak memenuhi KBBI🙏