27

2.7K 140 63
                                    

Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela tepat mengenai wajah Salsha pagi ini. Perlahan Salsha membuka kedua mata, berat sekali rasa nya untuk memulai hari ini. Salsha meraba ranjang berukuran king size yang berada dikamarnya. Mencari benda pipih persegi panjang milik nya. Yap, Salsha menemukannya. Salsha menekan satu tombol, melihat sudah pukul berapa saat ini.
05.30 am.
Salsha bangkit dari ranjang dan melakukan aktivitasnya seperti pagi sebelumnya.

Setelah selesai dengan urusan pribadi nya dikamar, Salsha pun dengan lunglai berjalan menuruni anak tangga satu persatu.

"Lemes banget sih kak."

Salsha menoleh pada sumber suara yang ternyata adalah Biya. Salsha tak merespon.

"Kok matanya bengep gitu sih kak?" Biya kembali berbicara pada Salsha yang saat ini bergabung di meja makan.

Ucapan Biya membuat Hasdy dan juga Helen memperhatikan wajah Salsha. Dimana Nisa? Nisa sudah tinggal bersama Bimo dirumah barunya.

"Berisik kamu." Salsha mengambil piring lalu nasi dan juga lauk-pauk.

"Semalem abis begadang nyelesain desain sepatu ayah, bunda." Salsha kembali berbicara karena melihat Hasdi dan Juga Helen yang menatap Salsha penuh dengan tatapan bertanya.

"Kalo udah capek jangan di paksa nak, nanti malah kesehatan kamu terganggu." Hasdi berucap dengan sangat lembut pada Putri ke dua nya.

Salsha menghentikan aktivitasnya yang sedang mengaduk nasi di piring. "Iya ayah, siap." Salsha tersenyum dan mengacungkan ibu jari pada Hasdi.

Hasdi dan Helen tersenyum melihat Salsha yang sudah tumbuh dewasa.
.
.
.
Steffi memasuki butik Salsha dengan langkah kaki yang cepat.

"Salsha mana?" Steffi bertanya pada Innes yang sedang menjaga kasir.

"Di ruangannya mba." Innes menjawab dengan ramah.

Steffi mengangguk dan langsung menuju keruangan Salsha. Ketika masuk, Steffi melihat Salsha yang sedang memandang keluar jendela. Melihat awan biru yang terlihat pada siang menjelang sore hari ini.

"Sha, lo tuh tau ga sih, gue lagi shooting dan langsung gue minta buat besok lagi karena lo yang nyuruh gue buru-buru untuk kesini. Lo tuh tau ga sih tadi tu adegan nya lagi ro-

Steffi tersentak ketika Salsha dengan tiba-tiba menubruk tubuhnya, untung saja Steffi bisa menjaga keseimbangan tubuh, jika tidak maka akan terjatuh. Namun tunggu, Steffi merasa bahu nya basah. Salsha menangis? Steffi masih tak bergerak, masih tersentak oleh perlakuan Salsha yang sangat tiba-tiba. Perlahan tubuh Salsha mulai gemetar dan terdengar isakan tangis. Steffi pun mengelus punggung Salsha, Salsha yang saat ini memeluk nya dengan erat, sangat erat.

"Sha, lo kenapa?" Steffi bertanya dengan sangat berhati-hati.

Salsha belum menjawab.

"Yaudah, lo puasin untuk nangis, tapi lo janji lo harus cerita setelah lo puas nangis. Oke." Steffi masih terus mengusap punggung Salsha.

Anggukan kepala Salsha dirasakan oleh Steffi. Steffi pun membiarkan Salsha yang masih menangis di pelukannya.

"Kakak harus coba kue buatan aku yang ba-

Steffi menoleh pada pintu yang terbuka. Ternyata memunculkan sosok Vita yang langsung terdiam ketika melihat Salsha menangis sesenggukan dalam pelukan Steffi.

Vita menutup mulut menggunakan telapak tangan sebelah kiri karena tangan sebelah kanan membawa nampan berisi beberapa potongan kue.

Vita mendekat. "Kenapa kak?" Vita bertanya tanpa mengeluarkan suara pada Steffi, ya, hanya dengan gerakan mulut.
Steffi menggeleng. Dan Salsha pun merenggangkan pelukannya. Tersenyum semu pada Steffi dan juga Vita dengan air mata yang masih menetes.

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang