26

3K 156 25
                                        

Bastian memandangi layar laptop pada ruangan Aldi. Entah mengapa, Bastian lebih memilih ruangan Aldi. Mungkin karena fasilitas ruangan Aldi lebih lengkap. Terlebih karena saat ini Aldi menugaskan Bastian dan Iqbaal untuk menggantikannya.

Klek.
Bastian menoleh pada pintu yang terbuka. Sudah pasti Iqbaal. Pikirnya. Benar saja. Iqbaal muncul dengan wajah sumringah.

"Broo. Gila gila rajin memang kawan gue satu ini." Iqbaal langsung menjatuhkan diri pada sofa. "Ga beda jauh sama Aldi." Iqbaal mengacungkan jempol.

"Bahagia amat lo pagi ini. Udah dateng telat, gatau diri. Cih." Bastian mendengus kesal.

"Haha, sorry sorry, gue memang lagi bahagia." Iqbaal terkekeh pelan.

Bastian menautkan kedua Alisnya menatap Iqbaal penasaran.

"Pagi ini akhirnya gue ketemu Steffi." Iqbaal tersenyum.

"Cih." lagi-lagi Bastian mendengus kesal. Dan kembali menatap layar laptop.

Klek.
Bastian kembali menoleh dan juga Iqbaal. Siapa lagi yang berani masuk tanpa mengetuk pintu selain Iqbaal dan Aldi. Batin Bastian.

Bastian memperhatikan wajah gadis yang terlihat kaget melihat Iqbaal dan Bastian berada diruangan Aldi.

"Siapa? Istri Aldi baal? Kok ga ketok pintu?" Bastian melirik Karin yang masih berdiri mematung. Ya, gadis itu adalah Karin.

Iqbaal terkekeh. 'Ucapan Bastian benar-benar gila.' Pikir Iqbaal.

"Lo kan tau calon istri Aldi itu Salsha, sekarang aja lagi kencan." Ucap Iqbaal sambil terkekeh.

Ucapan Iqbaal dan Bastian sungguh membuat Karin geram.

"Maaf pak, saya kira pak Aldi ada diruangan. Ini ada berkas yang perlu di tandatangani." Karin menundukkan kepala.

"Lain kali ketok pintu dong. Kan saya sama Iqbaal sering disini." Bastian tersenyum menyindir Karin. "Sini gue aja yang tandatangan. Gue udah disuruh Aldi." Bastian duduk tegap menyuruh Karin untuk menghampiri mejanya.

Karin pun melangkahkan kaki dan menyerahkan map pada Bastian. Bastian pun segera menandatangani berkas-berkas tersebut. Setelah itu kembali menyerahkan pada Karin.

"Terimakasih pak." Karin tersenyum pada Bastian.

"Sama-sama, ga usah senyum-senyum ntar gue ke goda. Gue udah punya pacar." Bastian menatap Karin yang langsung memudarkan senyumnya.

Sungguh Iqbaal menahan tawa melihat perlakuan Bastian pada Karin.

Karin hanya mengangguk. "Saya permisi pak." Karin menundukkan kepala pada Bastian dan juga Iqbaal. Dan langsung keluar ruangan Aldi.

Iqbaal langsung menumpahkan tawa yang sedari tadi sudah ia tahan.

"Gila lo parah. Ngakak gue bego." Iqbaal memegangi perut yang terasa nyeri akibat tawanya yang terlalu berlebihan.

Bastian ikut tertawa terbahak-bahak.

"Itu jalang yang suka gangguin Aldi sama Salsha?" Bastian masih berucap dengan tawa nya.

Iqbaal menangguk berusaha mengatur nafas yang habis akibat tertawa.

"Keliatan tuh cewe ga bener. Bego si Aldi." Bastian menggeleng-gelengkan kepala. "Cantik Salsha jauh." Bastian berucap dengan nada hiperbola.

"Tauk tuh. Dari awal gue udah curiga sama tuh cewe." Iqbaal meneguk air putih pada gelas.

"Kalo mau selingkuh harusnya nyari cewe yang bener."

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang