14

2.3K 137 10
                                        

Senja di sore hari, menemani Salsha dan Steffi yang sedang menikmati Ice cream di kursi taman. Setelah Steffi mengunjungi butik Salsha. Keduanya memutuskan untuk menenangkan fikiran dan bersantai seperti saat ini. Senin, seperti hari Senin biasanya. Taman tidak begitu ramai. Karena ini bukan lah hari libur kerja. Yang menemani anak-anak bermain pun hanya babysitter mungkin orang tua mereka sibuk bekerja. Entahlah. Salsha dan Steffi pun tidak mengerti. Salsha dan Steffi terus melihat sekitar taman. Sepeti nya keduanya sedang menunggu seseorang.

"Sha, lama amat sih?" Steffi memulai pembicaraan disaat keduanya masih sibuk menikmati ice cream dikedua tangannya.

"Gue juga gatau steff."

"Ah, masak model kaya gue disuruh nunggu lama." Steffi menggerutu dengan terus melihat jam yang melilit pergelangan tangan kirinya.

Salsha menoleh menatap Steffi, lalu meletakkan telapak tangan pada dahi Steffi. "Lo lupa? Lo nunggu Iqbaal berapa tahun? Dan lo bilang model kaya lo suruh nunggu lama?" Salsha Tertawa dengan kencang, membuat beberapa pengunjung taman melihat keduanya.

"Salsha lo bikin malu." Steffi mendelik tajam. "Demi Iqbaal, apasih yang engga hehe." lanjut nya lalu menyuap sendok ice cream ke mulutnya.

Ucapan Steffi hanya dibalas gelengan kepala oleh Salsha.

"Wah, ga enak gue jadinya. Ditungguin sama dua cecan."

Kedua nya menoleh kebelakang. Tepatnya pada sumber suara.

"Cih, dasar gatau diri lu." Steffi memanyunkan bibirnya.

"Dari mana aja sih rel. Udah lama kita nunggu lo." Rel? Ya, yang mereka tunggu adalah Karel.

"Lebih lamaan gue nunggu lo sha."

"Eebuseet. Baper amat pak." Steffi berbicara dengan suara khas cempreng nya.

"Cih, apaan sih rel." Salsha mengalihkan pandangannya, tak lagi menatap Karel.

"Jadi, apa tujuan lo nyuruh kita berdua nunggu disini?" Steffi bertanya demi menghilangkan rasa penasarannya.

"Yuk ikut gue. Gue mau tunjukin sesuatu." Karel mengalur kan kedua tangan nya. Sebelah kanan tepat diarah Salsha dan Steffi pada sebelah kiri.

Salsha dan Steffi saling menatap satu sama lain. Dan tersenyum. Lalu berdiri tanpa menerima uluran tangan Karel. Keduanya melangkahkan kaki lalu terkekeh.

"Sialan lo berdua. Gue yang tau mau kemana. Udah nyelonong aja." Karel berteriak pada Salsha dan Steffi yang saat ini terus berjalan.

"Buruan!!" Salsha dan Steffi membalas teriakan Karel tanpa menoleh ke belakang. Hal itu membuat Karel dengan cepat mensejajarkan langkah nya dengan Salsha dan Steffi.

Salsha dan Steffi terus mengikuti langkah Karel. Hingga sampai di depan sebuah Restaurant, Karel mempersilahkan keduanya masuk, dan mata Salsha Steffi terus memandang sesisi restauran dengan desain ruangan disetiap tempat makan tidak memakai kursi namun jika pengunjung ingin makan atau minum sudah disediakan tempat duduk dibawah yang dilapisi dengan bantal busa bersarung warna warna Indah, meja yang terbuat dari kayu, disetiap sisi terdapat dedaunan hijau, daun itu tidak asli, namun terlihat Indah, dengan lampu-lampu yang menyala di dedaunan, seakan sedang berada diatas rumah pohon yang sudah dihias. Nyatanya. Itu adalah restaurant bukan rumah pohon seperti yang Salsha dan Steffi fikirkan. Di tengah restauran tersebut terdapat pohon buatan dan panggung kecil yang akan dipakai jika ada band yang ingin tampil.

"Gimana?" Karel memecah lamunan Salsha dan Steffi.

"Lo mau traktir kita makan?" Salsha berucap polos.

Understanding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang