"Aku mencintaimu, Lee Hyunji."
Jihyun membulatkan matanya terkejut. Ia tidak mengharapkan hal ini. Dia bukanlah 'Lee Hyunji' yang dimaksud Jimin.
Jihyun menyesal mencium kembali Jimin. Ia seharusnya tidak terbuai oleh Jimin. Hormonnya harusnya tidak bergejolak saat ini. Jihyun merasa tersakiti. Jelas-jelas Jimin mencium dirinya karena ia mencintai Hyunji, bukan Jihyun.
"Hari mulai gelap. Ayo kita pulang," ujar Jimin kemudian bangun. Lelaki itu mengulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Jihyun begitu saja. Tidak sopan untuk menolak uluran tangan seseorang.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan, Jimin menggenggam tangan Jihyun erat. Beberapa kali Jihyun ingin melepas genggaman tangan tersebut, Jimin malah mempererat pegangannya.
"Kau lapar, babe?"
Jihyun sangat tidak pandai berbohong, jadi gadis itu mengangguk saja.
"Oke, aku akan menuju tempat favoritmu."
----->>♥<<-----
Jihyun tidak tahu siapa Hyunji tapi yang jelas gadis itu bisa mengetahui bahwa mereka punya selera yang sama. Bagaimana Hyunji tahu bahwa Jihyun sangat menyukai McDonalds?
Bahkan ini juga di luar dugaan Jihyun. Park Jimin yang mereka agung-agungkan sebagai CEO Park Corporation makan di restoran cepat saji seperti ini? Oh, memangnya Jihyun mengharapkan apa? Makan di restoran bintang lima yang super mahal? Jihyun bahkan hanya bisa bermimpi makan di sana.
"Double cheese burger, french fries, dan cola, bukan?"
Jihyun baru saja ingin membuka mulutnya untuk memesan tapi Jimin sudah tahu sekali apa yang ingin dia pesan. Gadis ini sempat terkagum-kagum dengan Jimin yang sepertinya sangat sayang dengan pacarnya sampai-sampai hafal pesanan pacarnya dengan lengkap.
"Tidak usah terkejut begitu, babe. I know everything about you," ujar Jimin sebelum mengecup dahi Jihyun lembut.
Jihyun tidak percaya apa saja yang barusan terjadi. Ia tidak seharusnya merasakan jantungnya bergetar karena perlakuan lelaki itu, tetapi ia tidak bisa mengontrolnya. Jimin benar-benar berbahaya. Ia harus mengatakan semua kebenarannya sebelum terlambat.
Setelah mengambil pesanan, mereka langsung mencari tempat duduk dan memakan makanan mereka dengan tenang.
"Bagaimana Amerika?" tanya Jimin tiba-tiba.
Jihyun benar-benar tidak mengerti kenapa Jimin bisa tahu kalau ia berasal dari Amerika, tetapi lelaki itu tidak salah bertanya seperti itu.
"Baik," ujar Jihyun. "Kenapa?"
"Aku hanya khawatir sesuatu yang buruk terjadi padamu selama di Amerika."
"Well ... Aku beradaptasi dengan cepat dimana pun."
"Bagus mendengarnya."
Mereka kemudian makan dalam diam hingga tiba-tiba Jimin menyapu jempolnya pada bibir Jihyun.
"Kau masih saja makan seperti anak kecil," ucap Jimin kemudian terkekeh.
Jihyun mengerutkan keningnya. "Ekhem ... Jimin, sepertinya ada beberapa hal yang ingin aku lu----"
DRRT DRRT DRRT
Jihyun menghela napasnya kasar. 'Timing yang sangat tepat,' pikirnya.
"Maaf Hyun, tapi aku harus mengangkat ini."
Jihyun hanya menganggukkan kepalanya dan melanjutkan acara makannya. Jimin dengan santainya mengangkat telpon di depan gadis itu, dan Jihyun sendiri tidak peduli dengan percakapan lelaki itu.
"Maaf Hyun, tetapi ada urusan mendadak yang menghampiriku. Aku akan mengantarkanmu pulang."
Jihyun hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Sepertinya ia harus menjelaskan semuanya kepada Jimin lain kali.
>>----------<<
Part ini kurang greget, maafkan yaa :">
Btw, aku update karena mau ngerayain 2 years becoming an author on wattpad. Alay ga sih? Alay amat gue.
Walaupun startnya bukan di akun ini, and aku mulai semuanya dari bawah lagi. Like hell, aku masih inget, aku close akun lama beberapa hari setelah akun itu nyentuh 3K followers. I'm so sad but i don't have any choice, karena aku masih ingin lanjut jadi author di sini.
Bagi yang kenal sama akun lamaku, pasti udah tau isinya abal2 banget. Dan waktu aku baca ulang lagi, malu sendiri bacanya :v
Anyways, jangan leave work ini yaa. Dijamin bakal seru ke depannya. /aku udah buat sampai jauuuhh banget, tinggal tunggu tanggal main aja/ *oops
KAMU SEDANG MEMBACA
Switched; pjm | ✔
FanfictionSemua ini salah Jeon Jungkook yang memaksa Jo Jihyun untuk membawa seorang lelaki mabuk ke rumahnya. Seandainya kalau Jihyun menolak tawaran Jungkook, gadis itu pasti tidak akan terjebak dalam permainan cinta Park Jimin. Dan seandainya jika Jimin me...