"Siap, nak?" tanya Tuan Lee saat anak gadisnya meremas tangannya kuat.
Jihyun tidak menjawab, gadis itu menggigit bibirnya keras. Dia benar-benar merasa bingung. Gadis itu merasa sangat bersalah sekarang. Tidak seharusnya dia ada di posisi ini sekarang, tetapi semuanya sudah telat. Lagi sebentar pintu akan dibuka dan para tamu akan melihat dirinya dibalut dengan gaun pernikahan.
Setelah Jihyun menyetujui tawaran ibu tirinya, dengan gerakan cepat mereka merias kembali Jihyun. Waktu yang dibutuhkan cukup lama, sampai-sampai acara diundur 15 menit, membuat tamu undangan kebingungan.
"Kalau aku melihat gadis nakal itu setelah ini, aku benar-benar akan menghukumnya. Aku merasa gagal mendidik seorang anak," lirih Tuan Lee.
Jihyun menatap ayahnya. Gadis itu tersenyum. "Ayah, sebaiknya kau tidak terlalu keras padanya. Aku yakin Hyunji memiliki alasan untuk melakukan semua ini."
"Kau tahu Jihyun? Saat aku melihatmu, kau tumbuh menjadi gadis yang terlalu baik. Sangat berbanding terbalik dengan kembaranmu itu. Kau mengingatkanku pada ibumu," ucap Tuan Lee.
Mendengar ibunya disebut, Jihyun langsung tersentak. "Memangnya apa yang—"
Terlambat, seseorang tiba-tiba saja memberikan aba-aba dan pintu dibuka. Tamu mulai bertepuk tangan kepadanya. Jimin berdiri di depan sana, dengan tuxedo hitam yang membalut tubuh atletis lelaki itu. Well, Jimin sampai saat ini belum menyadari bahwa pasangannya adalah orang yang berbeda.
Jihyun mengeratkan pegangan tangannya pada lengan ayahnya. Mereka berdua berjalan dengan beriringan menuju tempat Jimin berdiri. Jihyun mencoba untuk tersenyum se-lebar mungkin, agar terlihat natural. Samar-samar gadis itu juga mendapat bisikan tentang bagaimana cantiknya ia hari ini.
Mereka berdua berhenti tepat di depan Jimin yang tersenyum lebar. Namun senyuman lebarnya itu langsung turun dan keningnya mengernyit bingung.
"Jimin, tolong jaga putriku dengan baik," kata Tuan Lee lalu menepuk bahu Jimin pelan.
Jimin kembali tersenyum. Lelaki itu membungkuk hormat sebelum tangannya beralih mengambil tangan Jihyun.
Setelah Jihyun berdiri di sisi Jimin, Tuan Lee segera berjalan menuju tempat duduk khusus untuknya. Jimin dan Jihyun lalu berjalan beriringan menuju depan podium, tempat mereka akan mengucapkan janji suci mereka. Dalam perjalanan, Jimin berbisik pelan,"Kenapa kau bisa di sini? Dimana Hyunji?"
"Aku tidak tahu. Hyunji hilang," desis Jihyun pelan.
Setelah sampai di depan podium, mereka langsung diarahkan untuk mengucapkan janji suci.
"Untuk mempelai pria Park Jimin, apakah anda bersedia berjanji untuk bersama dengan mempelai wanita, Lee Jihyun, untuk terus bersama dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga ajal menjemput?"
Jimin membulatkan matanya saat mendengar nama Jihyun yang disebut, bukannya Hyunji. Lelaki itu melirik sebentar ke arah gadis di sebelahnya yang juga tidak kalah terkejut.
"Ya, saya bersedia," jawab Jimin kemudian, tidak ingin berlama-lama merasakan hening yang memenuhi ruangan ini.
"Untuk mempelai wanita Lee Jihyun, apakah anda bersedia berjanji untuk bersama dengan mempelai Pria, Park Jimin, untuk terus bersama dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga ajal menjemput?"
"Ya, saya bersedia."
"Pengantin dipersilahkan untuk bertukar cincin."
Sampai sejuh ini semuanya berjalan dengan sangat lancar, walaupun di dalam hati mereka berdua, mereka merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Semua ini ternyata sudah direncanakan secara matang oleh Hyunji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Switched; pjm | ✔
FanfictionSemua ini salah Jeon Jungkook yang memaksa Jo Jihyun untuk membawa seorang lelaki mabuk ke rumahnya. Seandainya kalau Jihyun menolak tawaran Jungkook, gadis itu pasti tidak akan terjebak dalam permainan cinta Park Jimin. Dan seandainya jika Jimin me...