Seperti apa yang Hyunji duga, di sana hanya ada geng Jimin yang ribut dan menggoda pasangan suami istri yang baru saja sah menikah. Tidak jauh dari mereka, duduk orang tua dari kedua belah pihak yang sedang berdiskusi entah apa. Mereka tampak sangat serius, berbeda dengan Jimin dan Jihyun yang kelihatan santai walaupun dalah hatinya mereka gelisah. Gelisah dengan bagaimana keadaan Hyunji sekarang.
"Noona." Terdengar suara lelaki dari belakang Hyunji.
Hyunji masih berdiri di ambang pintu masuk aula. Gadis itu memerhatikan mereka diam-diam. Di sebelah gadis itu ada Hoseok yang mengikuti gadis itu.
Hyunji membalikkan badannya. Gadis itu tersentak saat melihat Dongmin sedang menatapnya dengan tatapan yang marah, terutama ke arah Hoseok.
"Apa kau orangnya?" tanya Dongmin dengan mata menatap ke arah Hoseok. Tatapannya menusuk.
Hoseok mengerutan keningnya. Ia tidak mengerti dengan arah pembicaraan lelaki di depannya.
"Apa yang kau bicarakan Dongmin-ah?" tanya Hyunji.
"Apa dia orang yang membuatmu kabur di hari pernikahanmu?"
"B-Bukan, sepertinya kau salah pa—"
BUGH!
Belum saja Hyunji selesai menjelaskan siapa Hoseok, Dongmin sudah terlebih dahulu meninju rahang Hoseok sehingga membuat lelaki itu terjungkal ke belakang.
"LEE DONGMIN!" pekik Hyunji marah.
Seketika ribut-ribut dari arah pesta langsung mereda. Semua mata langsung menatap ke arah pintu, tempat Hoseok, Hyunji, dan Dongmin berada.
Hyunji meraih Hoseok, membantu lelaki itu untuk berdiri. "Kau tidak apa-apa?" tanya Hyunji khawatir sekaligus merasa bersalah. Gadis itu merasa bersalah karena adiknya yang tidak tahu apa-apa ini tiba-tiba saja memukul Hoseok yang tidak salah apapun.
"Kau kira aku tidak tahu? Kau mem-booking dua tiket pesawat ke Amerika untuk besok, kan? Dan kau memilih untuk pergi bersama pria ini?!" ujar Dongmin marah. Lelaki itu mengepalkan tangannya erat. Rahangnya mengeras, ia menatap kesal ke arah kakaknya dan lelaki di sebelah kakaknya.
"Apa yang kau bicarakan Dongmin-ah? Kau salah paham," jelas Hyunji.
"Salah paham? Cih!" Dongmin tetap tidak mau percaya pada Hyunji. "Aku tahu noona. Aku memerhatikanmu selama acara berlangsung. Kau menyelinap keluar dari ruang make up, berganti baju dengan baju yang sama dengan Jihyun noona. Berpura-pura menjadi Jihyun noona dan terus menempel dengan lelaki ini sedari tadi. Apa kau kira aku tidak tahu?"
"Dengar, Lee Dongmin, entah apapun yang kau asumsikan tentang hubunganku dengan Hoseok, semuanya salah. Aku dan Hoseok bukan apa-apa, kami hanya teman, tidak lebih. Dan aku melakukan semua ini karena aku punya alasanku sendiri."
"Alasan? Katakanlah alasan yang masuk akal kenapa kau menolak untuk menikah dengan Park Jimin."
Hyunji menggigit bibirnya. Memikirkan alasannya saja sudah membuat hati Hyunji teremas. Hyunji membuang mukanya, ia tidak mampu menatap Dongmin. Ia tidak mau menjawab pertanyaan ini, ia tidak mampu. Apalagi semua perhatian sedang tertuju kepada mereka, Hyunji tidak mau harga dirinya jatuh karena mengucapkan apa alasan dibalik aksinya.
Dongmin tertawa meremehkan. "Kau tidak bisa mengatakannya, bukan? Tch, berhenti mengelak noona. Aku sudah tahu dari awal bahwa lelaki brengsek di sebelahmu ini yang merusak semuanya." Dongmin mendesis, lelaki itu menggertakkan giginya kesal.
Hyunji masih terdiam. Ia rasanya ingin mati saja. Lidahnya terasa kelu, tenggorokannya tercekat, ia sama sekali tidak mampu untuk mengatakan apapun. Ia ingin sekali mengatakan yang sejujurnya, bahwa sebenarnya Park Jimin sudah berpindah hati ke Jihyun, tapi Hyunji tidak mampu. Mengatakannya dengan mulutnya sendiri membuat hati dan harga diri gadis itu terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Switched; pjm | ✔
FanfictionSemua ini salah Jeon Jungkook yang memaksa Jo Jihyun untuk membawa seorang lelaki mabuk ke rumahnya. Seandainya kalau Jihyun menolak tawaran Jungkook, gadis itu pasti tidak akan terjebak dalam permainan cinta Park Jimin. Dan seandainya jika Jimin me...