Hoseok menyeduh teh hjau kesukaan Jihyun. Kesukaan gadis itu dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Jihyun selalu memiliki stok teh hijau yang banyak di rumahnya.
Setelah selesai menyeduhnya, lelaki itu meletakkan di coffee table di depan sofa tempat Jihyun duduk. Gadis itu memeluk kedua lututnya, matanya sembab, tetapi gadis itu tidak berniat untuk menangis lagi. Ia sudah lelah. Lelah dengan kenyataan pahit yang dialaminya.
Jihyun menyesal karena sudah masuk ke dalam arus yang diciptakan Jimin. Jihyun seharusnya dari dulu tetap bersikeras untuk mengusir Jimin. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Jimin terlalu manis terhadapnya, membuat gadis itu tidak mampu menahan godaan lelaki itu.
Menelan fakta bahwa Jimin sebenarnya adalah kekasih saudara kembarnya membuat Jihyun benar-benar hancur. Ia kira Hyunji adalah orang yang sekedar mirip dengannya, sama sekali tidak berhubungan darah. Yah seperti mitos yang sering di dengar gadis itu, bahwa kita memiliki kembaran tidak sedarah di dunia ini.
Mendengar kata-kata kasar keluar dari mulut Hyunji malah membuat Jihyun merasa dirinya seperti orang rendahan. Rasa percaya diri Jihyun menghilang. Apalagi melihat bagaimana penampilan Hyunji barusan membuat Jihyun seperti berada di dunia paling bawah. Rasanya seperti kau dibanding-bandingkan dengan saudaramu sendiri dan Hyunji yang mendapat segala perhatiannya. Sepertinya Tuhan memang sedang mempermainkan hidup Jihyun sedikit. Membiarkan dirinya hidup susah bersama ibunya, berbeda dengan Hyunji yang sepertinya hidup dalam glamor bersama ayahnya.
"Minumlah," suruh Hoseok. Jihyun tidak menggubrisnya. Gadis itu masih terdiam dalam lamunannya.
Hoseok menghela napasnya kasar. Melihat Jihyun yang terdiam seperti tidak bernyawa itu membuatnya sakit. Lelaki itu tambah sakit lagi saat mengetahui fakta bahwa Jihyun menangis karena lelaki lain.
"Kalau kau terus berdiam diri seperti ini, ayo kembali ke Amerika. Setidaknya di Amerika kau tidak akan bertemu dengan Jimin dan Hyunji lagi," ujar Hoseok.
Jihyun masih diam.
"Kalau kau tidak menyukai fakta bahwa Hyunji adalah saudara kembarmu, kau bisa pulang ke tempat yang biasa kau sebut 'rumah'. Dan tempat itu adalah rumah Paman Will. Hyunji memang saudaramu, tetapi jika kau tidak merasakan bagaimana hangatnya bersama keluargamu di sini, kau harus ingat bahwa kau punya keluarga di sana."
Jihyun mendongakkan kepalanya, menatap Hoseok dengan mata sembabnya. "Apakah aku serendah itu di mata Hyunji?" tanya Jihyun dengan suara paraunya.
Hoseok mengulum bibirnya, mendengus keras kemudian mengacak rambutnya kasar. Dia menatap Jihyun tajam. "Apa yang kau bicarakan?"
"Dia mengatakan aku wanita jalang. D-Dia mengatakan bahwa aku lebih cocok hidup susah bersama ibu dibanding hidup bersamanya." Suara Jihyun bergetar. Gadis itu kembali menundukkan kepalanya.
"Ji ... Aku tahu Hyunji. Dia bukan orang yang seperti itu."
Hoseok terdiam. Lelaki itu mendekat ke arah Jihyun, mendekap gadis itu dalam pelukannya. Tangan Hoseok mengelus rambut Jihyun lembut. Agaknya Jihyun mulai melupakan amarah masa lalunya dengan Hoseok, karena Jihyun sama sekali tidak menolak.
"Hyunji pasti hanya terbawa emosi. Sama seperti apa yang terjadi denganku dan Clarissa. Apa yang aku lakukan bersama Clarissa adalah seratus persen ketidak sengajaan. Aku hanya terlalu mabuk champagne waktu itu. Dan sekarang, apa yang terjadi antara denganmu dan Jimin, semuanya juga ketidak sengajaan. Kau hanya tidak tahu bahwa Hyunji adalah orang yang mirip denganmu."
Jihyun mendongakkan kepalanya, menatap Hoseok dengan mata bengkaknya itu. "Lalu apa yang harus kulakukan? Sekarang aku sudah tahu bahwa Hyunji adalah saudara kembarku. Keluarga sedarahku ada di sini. Tapi sepertinya ia tidak mau menemuiku lagi." Jihyun tidak bisa menutupi suaranya yang penuh dengan kesedihan.
Hoseok tersenyum kecil. "Tenang saja. Saudara kembar punya tekanan batin yang kuat. Buktinya kalian bisa bertemu lagi setelah bertahun-tahun berpisah tanpa tahu apapun. Aku tahu Hyunji bukanlah tipe orang yang menyimpan dendam seperti itu."
>>----------<<
KAMU SEDANG MEMBACA
Switched; pjm | ✔
FanfictionSemua ini salah Jeon Jungkook yang memaksa Jo Jihyun untuk membawa seorang lelaki mabuk ke rumahnya. Seandainya kalau Jihyun menolak tawaran Jungkook, gadis itu pasti tidak akan terjebak dalam permainan cinta Park Jimin. Dan seandainya jika Jimin me...