"1 ... 2 ... 3 ... Ugh!"
Jihyun mengatur napasnya yang terengah-engah. Membawa Jimin ke apartemennya sembari membawa kantung belanjaanya bukanlah perkara yang mudah.
Lelaki ini tentu saja lebih berat dari pada Jihyun sendiri, jadi gadis ini perlu tenaga ekstra. Apalagi bau rokok dan alkohol yang menguar dari tubuh Jimin membuat gadis ini tidak tahan. Ia membenci kedua hal tersebut, tetapi ia takut jika hal buruk akan terjadi kepada Jimin. Ia takut diterkam Jungkook nantinya.
Jihyun kemudian berdiri, berkacak pinggang melihat Jimin yang tepar di atas kasurnya. Dengkuran halus bisa Jihyun dengar keluar dari mulut lelaki itu. Gadis itu segera melepas jas dan sepatu mahal milik lelaki itu.
"Aku tidak tahu siapa kau tapi yang jelas ini sangat merepotkan. Aku tidak yakin apakah lelaki bernama Jungkook atau siapa lah itu sedang membohongiku atau tidak, yang penting besok pagi setelah kau bangun ku harap kita tidak pernah bertemu lagi."
Jihyun melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Sepertinya gadis itu harus tidur di sofa hari ini.
----->>♥<<-----
Jimin menggeliat pelan. Lelaki itu mengerang kesal saat merasakan kepalanya dikelilingi oleh rasa pusing yang menyakitkan. "Aw ... kepalaku," desis Jimin.
Mata lelaki itu langsung terbuka saat ia merasakan bahwa ia tidak sedang tidur di rumahnya. Jimin mendudukkan dirinya begitu saja, melupakan rasa sakit di kepalanya sejenak, mencoba memfokuskan dirinya.
Lelaki itu berada di sebuah kamar yang tergolong lebih kecil dari pada kamar mandi di rumahnya. Ia juga melihat tempat itu bersih, seperti apartemen yang masih baru.
Jimin juga mulai menyadarkan dirinya saat mencium aroma sedap dari luar dan juga suara pisau yang bersentuhan dengan talenan. Tanpa menunggu lebih panjang lagi, lelaki itu langsung terbangun dan berjalan keluar kamar.
Tubuh lelaki itu membeku saat melihat seorang gadis yang baru saja selesai menata meja makannya dengan penuh makanan. Bukan makananannya atau pun dimana ia berada membuat Jimin terkejut, melainkan wanita yang baru saja selesai menaruh makanan di atas meja membuat saraf otak Jimin berhenti bekerja.
"Kau sudah bangun?" tanya gadis itu.
Jimin mengedipkan matanya sekali. Dua kali. Tiga kali.
"Lee Hyunji?" tanya Jimin balik. Lelaki itu mendekat ke arah gadis itu kemudian mendekapnya erat, menciumi rambut gadis itu berkali-kali.
"APA YANG KAU LAKUKAN?" Gadis itu berteriak kemudian mendorong Jimin menjauh, membuat lelaki itu shock, namun Jimin tidak membahasnya lebih jauh. Ia sudah sangat merindukan gadisnya.
"Kapan kau kembali dari Amerika?"
Jihyun mengerutkan keningnya. "Aku tidak tahu kenapa kau bisa tahu aku dari Amerika, tetapi aku datang beberapa hari yang lalu."
"Benarkah? Kenapa kau tidak menghubungiku?"
Jihyun tidak tahu harus membalas apa, ia menggarukkan belakang kepalanya. "Hm ... karena aku tidak punya nomormu?"
"Aishh ... I missed you so much, babe." Jimin mencoba untuk memeluk Jihyun lagi, namun segera ditahan oleh gadis itu.
"Sepertinya kau masih terkena efek mabuk kemarin. Jadi aku membuat sup penghilang pengar untukmu." Jihyun melirik ke arah panci berisi sup di atas meja, lengkap dengan set kimchi dan nasi.
Jimin tersenyum lebar. "I don't know you're this sweet, babe." Jimin mencium kening Jihyun lembut sebelum duduk di meja dan memakan supnya.
Jihyun berdecak pelan, mengelap keningnya yang terkena bibir Jimin kemudian duduk di depan lelaki itu.
"Ini sangat enak. Aku selalu suka dengan makananmu," ujar Jimin di sela-sela mengunyah makanannya.
Jihyun diam saja, tidak tahu harus bagaimana setelah melihat bagaimana lelaki ini makan makanannya dengan lahap.
"Oh ya, sepulang dari Amerika kau pindah apartemen ya?"
Jihyun hanya menganggukkan kepalanya. Apa yang diucapkan Jimin tidak salah soal pindah apartemen, tapi tentu saja ia butuh apartemen untuk tinggal. Ini baru pertama kalinya ia ke Korea setelah tinggal lama di Amerika, duh.
"Apartemen ini jauh lebih kecil dari punyamu sebelumnya. Tapi aku senang kau pindah karena kau pernah bercerita soal ahjusshi genit yang tinggal di dekat apartemen lamamu itu. Tapi kenapa kau tidak bilang padaku? Kita bisa berkemas bersama."
Jihyun tidak tahu harus membalas apa. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan lelaki di depannya ini.
"Aku juga suka tempat ini. Minimalis dan nyaman. Sangat dirimu."
Jimin mengunyah makanannya dengan sangat cepat padahal Jihyun baru saja makan beberapa suap. Lelaki itu kemudian menyuapkan sendok terakhir nasinya kemudian meletakkan peralatan makannya di atas meja.
"Kenapa kau makan sedikit sekali? Kau tahu, terkadang aku khawatir dengan pola makanmu." Jimin kemudian berdiri dan duduk di kursi sebelah Jihyun.
Lelaki itu menaruh dagunya di bahu Jihyun, mengecup kecil ceruk leher gadis itu. "Aku merindukanmu, Hyunji-ya."
Jihyun ingin menjauh, tapi ia kalah cepat. Jimin sudah memeluk pinggangnya dengan sangat erat duluan. "I missed you so bad. I missed your sweet lips. And I missed your body under me while moaning my name," ujar Jimin seduktif.
Jihyun bisa merasakan tubuhnya meremang. Jimin baru saja ingin mengangkat baju Jihyun jika saja gadis itu tidak menonjok lelaki itu tepat di wajahnya.
"YA! APA YANG BARUSAN KAU LAKUKAN?"
>>----------<<
Hm.... Ternyata lebih menyenangkan nulis fanfic yang chapternya pendek pendek gini :3
Jangan lupa ninggalin jejak ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Switched; pjm | ✔
FanficSemua ini salah Jeon Jungkook yang memaksa Jo Jihyun untuk membawa seorang lelaki mabuk ke rumahnya. Seandainya kalau Jihyun menolak tawaran Jungkook, gadis itu pasti tidak akan terjebak dalam permainan cinta Park Jimin. Dan seandainya jika Jimin me...