forty three

5.6K 767 65
                                    

Setelah semalaman bercinta, melepas rindu yang menumpuk di dalam hati mereka, Jimin hanya bisa menatap Hyunji dengan senyum kecut di wajahnya. Waktu menunjukkan pukul enam pagi, dan mereka berdua masih bergelut di dalam selimut dalam keadaan telanjang.

Hyunji-nya belum berubah sama sekali. Cepat terbuai dengan godaan Jimin dan memberikan lelaki itu servis terbaiknya, berbanding terbalik dengan Jihyun yang masih sangat polos. Bahkan saat Jimin sekedar mengelus perut milik Jihyun, gadis itu sudah mulai menunjukkan tanda-tanda tidak suka. Dan entah kenapa suasana bersama Jihyun, Jimin bawa-bawa di saat ia bersama dengan Hyunji. Lelaki itu selalu berpikir bahwa gadis yang ada di bawah kontrolnya adalah seorang gadis polos yang tidak ingin dirusak begitu saja.

Hyunji masih terlelap. Tubuhnya naik turun, menandakan bahwa gadis itu masih bernapas dengan normal.

Jimin sama sekali tidak bermain kasar kemarin. Bahkan kelewat lembut dan sebentar, tidak seperti biasanya. Hyunji sendiri sempat terheran-heran, tetapi gadis itu tidak menggubrisnya. Gadis itu lebih memilih memendam rasa penasarannya sendiri dari pada merusak suasana dengan menanyakan apa yang terjadi pada Jimin. Hyunji bahkan bisa merasakan bagaimana Jimin bisa berubah menjadi sangat lembut, seakan-akan Hyunji adalah keramik yang bisa pecah kapanpun. Padahal dulu, Jimin biasanya akan bercinta seakan tidak ada hari esok.

Jimin mengangkat tangannya, meletakkan rambut Hyunji yang menutupi wajahnya di belakang telinga. Lelaki itu menatap lekat setiap inci wajah Hyunji. Wajahnya sangat mengingatkannya akan Jihyun. Tentu saja, mereka 'kan kembar identik. Walaupun begitu, Jimin sudah mulai mengetahui letak perbedaan wajah mereka. Entah, Jimin bahkan tidak yakin dimana letak perbedaannya, tetapi ada sesuatu dalam setiap diri Hyunji dan Jihyun yang berbeda. Sesuatu yang Jimin tidak bisa jelaskan dengan kata-kata, tetapi Jimin sudah mulai bisa membedakan mereka.

"Sudah puas melihat wajahku?" Hyunji sudah bangun sedari tadi. Tetapi ia diam saja saat ia merasakan Jimin tengah menatap ke arahnya sembari merapikan rambut gadis itu. Gadis itu membuka matanya, mulutnya tersenyum lebar saat melihat orang yang sangat gadis itu cintai di depannya.

Perasaan Hyunji kepada Jimin masih sama. Tidak ada yang berubah. Gadis itu masih sangat mencintai Jimin seperti awal-awal mereka mulai berpacaran, hingga sekarang, di tahun ke-5 mereka.

Jimin langsung kelabakan saat Hyunji tiba-tiba saja sudah bangun. Tangannya langsung lepas dari rambut Hyunji saat gadis itu tengah menatapnya dengan tatapan menggoda. Tapi tangan Jimin ditahan oleh Hyunji. Gadis itu menggiring tangan Jimin agar menangkup pipi kirinya. Tangan Hyunji yang memegang tangan Jimin kemudian mengelus tangan kekar milik lelaki itu.

"Aku mengalami masa sulit selama di Amerika," ungkap Hyunji. Gadis itu masih ingat sekali apa yang terjadi dengan apa yang terjadi pada perusahaannya di Amerika, membuat gadis itu tertekan. "Saham perusahaanku anjlok. Si Kim sialan itu membuat beberapa kerja sama dengan perusahaan tidak jelas yang membuat citra perusahaanku hancur. Dia juga melakukan korupsi dengan memanfaatkan beberapa investor."

Jimin tidak mengeluarkan argumen apapun. Lelaki itu sudah tahu. Bagaimana pun juga perusahaan milik lelaki itu sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan Hyunji. Apalagi Hyunji yang sudah menjadi kekasihnya selama bertahun-tahun membuat Jimin selalu up to date dengan keadaan perusahaan milik gadisnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" lirih Hyunji. Gadis itu bahkan bodohnya tanpa berpikir panjang langsung terbang ke Korea saat mengetahui tentang keadaan Jihyun, meninggalkan perusahaannya di Amerika terombang-ambing tidak menentu.

Jimin mengusap pipi Hyunji, membuat lingkaran-lingkaran kecil menggunakan ibu jarinya. Jimin tentu saja bisa merasakan gurat kelelahan pada wajah gadis itu.

"Menikahlah denganku," ujar Jimin. "Aku sudah menawarkannya berkali-kali. Apa kau tidak percaya denganku? Aku juga seorang business man, aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak bisa membiarkan perusahaan gadisku tumbang begitu saja."

"Apa kau serius, Jim? Kau tidak gila, kan? Lee enterprise memang tidak sepenuhnya tumbang, tapi jika ikut campur dengan perusahaanmu pasti perusahaanmu juga akan terkena dampaknya."

Jimin menggelengkan kepalanya. "Aku akan membantumu mengurus perusahaan milikmu itu. Aku punya beberapa kenalan yang bisa dipercaya untuk memperbaikinya. Apa kau lupa seberapa kuatnya posisiku saat ini? Aku tidak bodoh untuk menyadari apa yang akan terjadi nantinya. Walaupun aku harus bekerja ekstra, aku tidak peduli. Yang aku butuhkan hanya dirimu, di sampingku, sepanjang hidupku."

Dan entah kenapa setelah Jimin mengatakan kalimat terakhirnya, lelaki itu bisa merasakan sesuatu yang tidak nyaman. Tetapi Jimin sendiri tidak tahu apa itu.










>>----------<<

Switched; pjm | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang