eleven

7.3K 986 25
                                    

Jimin menatap tajam gadis di depannya itu. "Apa yang kau lakukan di sini, Hyunji-ah?" tanya Jimin dengan nada menginterograsi.

"Menurutmu? Aku mengajar di sini, Jim."

"Lalu bagaimana dengan perusahaanmu? Lee Enterprise?"

Jihyun juga dapat mendengar Jungkook menyebut-nyebut perusahaan Lee Enterprise itu, tetapi ia tidak tahu apa tepatnya hubungan Hyunji dengan Lee Enterprise.

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Jim."

Jimin menghela napasnya kasar. "Cepat ambil-ambil barang-barangmu, kita pergi sekarang."

"Tidak. Aku tidak bisa. Ada yang harus---"

"Kumohon, sayang. Hm?"

Jihyun tidak bisa berkata-kata lagi. Ia tidak bisa melawan Jimin yang sudah bersikap manis seperti ini. Sejujurnya ia bisa merasakan getaran aneh saat berada di dekat lelaki ini, tetapi ia tidak mau dan tidak bisa mengakuinya. Karena selama ini Jimin hanya menganggapnya sebagai Lee Hyunji, kekasihnya, bukan Jo Jihyun.

"B-Baiklah. Aku akan mengambil barang-barangku terlebih dahulu."



----->>♥<<-----




Jimin membawa Jihyun ke sebuah gedung perkantoran besar di daerah Gangnam setelah mengantar Jisung ke rumahnya. Di bawah gedung tersebut terdapat sebuah butik mewah yang bernama 'Shaperon'.

Jihyun hanya bisa membuka mulutnya kagum melihat berbagai macam model baju dengan harga jutaan won di depan matanya. Butik ini terlihat sangat mewah dan baju-bajunya juga tidak kalah cantik. Jihyun jadi berkhayal bagaimana dirinya memakai baju-baju di sini.

"Kau menyukainya?" tanya Jimin, terkekeh kecil melihat ekspresi Jihyun. Jihyun benar-benar seperti anak kecil yang baru pertama kali datang ke toko mainan.

"Percaya atau tidak, gedung ini adalah milikmu. Butik ini adalah milikmu. Karyawan di sini adalah milikmu. Dan yang terpenting, semua baju di sini adalah adalah buatanmu."

Jihyun dapat melihat beberapa karyawan yang menjaga butik ini menunduk ke arahnya. Gadis ini tidak mampu berkata-kata lagi. Sebenarnya gadis seperti apa Hyunji? Hyunji adalah orang yang jauh dari angan-angan Jihyun yang hanyalah gadis biasa.

"Kau pasti bercanda, Jim."

"Tidak. Aku tidak bercanda, babe."

Jihyun menggelengkan kepalanya, membawa pikirannya ke realitas. Ini bukanlah kehidupannya. Ia telah menjalani kehidupan orang lain terlalu jauh. Tidak sepantasnya Jihyun ada di sini.

"Jim, aku ingin pulang. Aku tidak pantas berada di sini," ujar Jihyun setengah berbisik.

"Apa maksudmu, hm?"

"Jim. Antar aku pulang. Tidak seharusnya aku ada di sini."

Terdapat nada keraguan dan kecemasan yang keluar dari nada Jihyun, membuat Jimin mengerutkan keningnya. Lelaki itu kembali mendesah pelan. "Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang," ucap Jimin kemudian menarik tangan Jihyun untuk keluar dari gedung.




----->>♥<<-----




Jimin mengantarkan Jihyun sampai di depan pintu apartemennya. "Terima kasih atas tumpangannya, Jim. Kau tidak perlu repot-repot me---"

"No honey. Ini memang kewajibanku untuk mengantarkanmu."

"Tapi—"

Jimin menempelkan jari telunjuknya di mulut Jihyun. "Ssstt ... tidak ada tapi-tapian."

"Kalau begitu terima kasih banyak, Jim." Jihyun hendak menutup pintu apartemennya namun segera ditahan oleh Jimin.

"Ehm ... kenapa, Jim?"

Jihyun dapat melihat kilatan tatapan Jimin yang berbeda dari detik sebelumnya. Kali ini lebih tajam dan menggoda. Jihyun menelan salivanya susah tidak tergoda melihat lelaki tampan di depannya ini.

"Sepertinya kau melupakan sesuatu, baby." Jimin berjalan mendekat, memaksakan masuk ke dalam apartemen Jihyun sembari mendorong gadis itu lebih masuk lagi.

Jimin terus melangkah dan Jihyun terus mundur. Mereka terus berlanjut hingga Jihyun bisa merasakan punggungnya menyentuh tembok. Jimin menyeringai. Lelaki itu mengurung Jihyun di antara kedua tangannya.

"Aku sangat merindukanmu, baby. Aku bisa gila karena tidak melihatmu hampir seharian ini jika saja aku tidak mejemput Jisung dari sekolah."

Jihyun menggigit bibirnya takut. Jimin terlalu dekat dengannya, membuatnya bisa mencium bau mint yang menyapu wajahnya.

Salah satu tangan Jimin beralih menangkup rahang Jihyun. Ibu jarinya ia eluskan pada bibi cherry Jihyun. "Berhenti menggigit bibirmu sayang. Kau membuat keadaannya lebih buruk."

Jihyun melepas gigitannya, membuat mulutnya terbuka sedikit. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, Jimin menempelkan bibirnya ke bibir Jihyun. Meraup, bibir Jihyun seakan itu adalah makan malamnya.

"You are mine tonight, Ms. Lee."





>>----------<<

Get ready for the next chap guys ;)

Switched; pjm | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang