karangan tiga-wanita di perpustakaan

46 26 41
                                    

wanita di perpustakaan

"Burrb... Arang berjalan dari arah jam 6!" Kora berteriak, seisi kantin melirik sinis ke arahnya.

Ketiga gadis dengan pipi tirus itu berhasil mencuri perhatian semua orang.

Ines, Zerra, dan Kora.

Bagi mereka sekolah hanya numpang pindah rumah, pindah tempat tidur, dan tempat makan. Eitss sama numpang tenar.

Zerra menarik ujung bibir tipisnya. Kedua bola matanya kini tertuju pada Elena, atau murid yang selalu Zerra panggil Arang.

"Arang, tangkap!" Zerra berdiri melempar sepotong celana olahraga yang ia pinjam kemarin.

Seisi kantin tertawa. Ketiga manusia tadi tersenyum puas melihat Elena yang bersembunyi di balik lipatan tangannya.

Ini bukan mitos, namun jika Zerra berhasil membuat sensasi hari ini. Ia baru bisa bernafas lega.

-

Saddam masih berkutat dengan kunci inggris dan beberapa peralatan pertukangan.

"Coba pak!" perintah Saddam pada penjaga perpustakaan.

Deritan rak kaca tempat buku-buku baru berbaring rodanya sudah berfungsi lagi, menandakan Saddam berhasil memperbaiki rak tua yang sudah tidak layak itu.

Sedangkan Joel dengan sedikit terpaksa menemani sahabatnya itu sambil menghitung berapa kali ia bersin karena ruangan ber-AC disini perlahan membunuhnya.

"Dam, lain kali kalau mau ke perpustakaan waktu pelajaran aja, kan enak," desis Joel yang masih tidak terima jam istirahatnya diminta Saddam dengan paksa.

Tadi saat mereka hendak makan siang ke kantin, Saddam melihat Pak Karman membawa beberapa peralatan pertukangan. Karena tidak tega Saddam putuskan untuk membantunya.

Saddam hanya melihat koran yang ada di depannya sambil sesekali menasihati Joel.

"Mbak, novel kemarin bagus. Saya mau lagi dong yang genre nya kayak gitu."

Suara lembut itu perlahan meresap melalui pendengaran Saddam.

Saddam menoleh cepat.

Zerra, itu yang pertama kali Saddam lihat. Terlihat sangat berbeda.

"Dam, kok Zerra sendirian aja?" Suara Joel membuat Zerra menoleh.

Melihat Saddam tangan Zerra gemetar, butir keringat bertempur dengan AC membuat tubuhnya bergetar.

Novel kecil yang ada di genggamannya jatuh, dengan cepat Zerra berjongkok mengambilnya. Ia kemudian berlari.

"Zerra!" Saddam berseru.

Zerra menoleh kaku. Mata Saddam,  mata orang yang kemarin mengerjarnya. Mata pembunuh, mata yang kejam.

"Hachiii!!!!" Suara bersin Joel membuat Zerra kembali melihat kedepan dan berlalu dengan cepat-cepat.

Karangan Tanpa TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang