karangan dua puluh-tidak dengan mamaku

5 3 3
                                    

tidak dengan mamaku

"Siapapun itu dia tau tentang masa lalu lo Zer gue yakin!" Joel menyela keheningan.

"Mungkin Mama lo tau ini?" kata Saddam "seseorang di masa lalu kan siapa lagi yang bisa kita tanya?" lanjutnya.

"Nggak!" Zerra menolak gagasan itu mentah-mentah.

"Gue punya Plan yang lebih tepat." Zerra menunjukan rencana di buku coklatnya. Mereka asyik berdiskusi hingga bunda membuka pintu kamar Saddam tanpa mengetuknya. Saddam reflek meloncat menyembunyikan amplop dan surat yang masih berceceran.

"Makan dulu gih sayur nya udah mateng," ucap Bunda lembut.

"Joel udah makan Bun, kalian sana makan gih!" Joel nyengir tangan jahil nya mendorong Saddam dan Zerra.

Sebenarnya Zerra tidak mau melewati masa-masa canggung lagi, namun perutnya minta diisi.

"Ayok kok malah diem aja!"

Mereka berdua berjalan menuju ruang makan dengan lesu.

Zerra dan Saddam duduk bersebelahan dan di seberangnya Bunda mengambilkan nasi putih untuk mereka berdua.

"Dam Slamet mana?" Joel berteriak dari kamar Saddam.

"Tadi sih diatas cek aja!" Saddam ikut berteriak.

"Siapa? Adik lo?" Zerra bertanya lirih sambil menuang sup jagung nya.

"Kucing gue," lalu mereka berdua menahan tawa, menahan kecanggungan dan merubahnya pelan-pelan.

"Enak Tan, Zerra suka." Zerra senang sekaligus sedih, senang bisa memakan masakan rumah lagi setelah bertahun-tahun memakan makanan instan ataupun delivery. Sedih, karena merindukan Mamanya memasak untuknya.

"Kamu sekelas sama Saddam ya? Kok Tante nggak pernah liat,"

"Enggak tapi dia ikut KIR juga," Saddam menjawab cepat sambil menyenggol sepatu Zerra.

"Dam, Bunda kan nanya ke Zerra,"

"Iya Tan," Zerra tersenyum manis.

Seusai makan Zerra kembali ke rumahnya melambaikan tangan pada , Bunda, Joel yang menggendong Slamet, dan Slamet yang dilambaikan tangannya oleh Joel. Lalu Saddam ? Mengantarnya dengan sepeda motor, tentu saja karena paksaan bunda.

Karangan Tanpa TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang