karangan enam-suroso, hadiah atau musibah?

39 20 17
                                    

suroso, hadiah atau musibah?

Seperti hari-hari sebelumnya, bus sudah menjadi penjemput resminya Zerra.

"Sana-sana pulang!" Kora mengusir Zerra dan melambaikan tangan kanannya, sementara tangan kirinya ia gunakan untuk menempeleng kepala Ines yang sedari tadi terlampau sibuk dengan smartphone barunya.

Zera berjalan cepat, dirinya tidak sabar ingin merebahkan tubuh mungilnya di atas kasur putih, serta membiarkan kucing-kucing ibu menjilati nya dengan membabi buta.

Beberapa menit lagi bus nya datang, bus itu datang kurang lebih 20 menit sekali.

Tiba-tiba langkah Zera terhenti saat sebuah mobil bak terbuka berjalan mundur ke arahnya yang masih memeluk erat caping didadanya property drama Bahasa Inggris siang tadi.

"Sial, ada apa sih?!" Zera mengumpat melihat ke empat roda mobil itu berjalan mundur dengan sangat lama.

Padahal disana para siswa menyemut ingin mengeluarkan motornya dari gang sempit ini menuju jalanan, begitupun Zerra.

Tiiinnnn!!

Tiiinnnn!!

"Buruan dong, udah tau bodi gede tapi nggak mau ngalah!"

Zerra masih diam pelukannya ia kencangkan, dirinya tidak suka suara rem berdecit, klakson yang menyala, di tambah lagi sumpah serapah para pengendara disini membuat Zerra semakin panas hati.

"10 detik lagi ni supir nggak ngambil tindakan, gue maju. Lo harus tau cewek gak suka nunggu," tutur nya dalam hati.

"3,2,1 ! "

Zerra akhirnya bertindak ia melewati kerumunan itu sambil misuh-misuh.

Zerra mengetuk keras kaca hitam di depannya, perlahan kaca itu turun dan terlihat batang hidungnya.

"Hey! bisa tolong rombongan dibelakang di suruh minggir dulu bapak mau lewat tidak bisa ini, "

Zerra melongo. Ia menyipitkan matanya ketika pemilik mobil itu yang tak laik tak bukan adalah pak Suroso, menutup lagi kaca jendelanya.

Dari sana Zerra melihat busway nomor 2B sudah tiba, beberapa detik setelahnya busway itu melaju membawa penumpang.
Tanpa Zerra.
Tanpa dirinya.
Zerra reflek membanting capingnya dan kembali ke belakang.

"Gara-gara Suroso!"

Andai saja dirinya bersama Ines dan Kora pasti dia berani menghabisi pak Suroso, namun tanpa mereka Zerra tidak berani melakukan apa-apa.

"Kakak maaf kakak ke belakang ya, umm terus terus! Stopp! " ucap Zerra dengan kepala pening.

Beberapa orang di belakang juga saling membantu untuk memperbaiki lalu lintas kini di depan sekolah mereka.

Di sela-sela kemacetan tiba-tiba seorang jangkung berada di samping Zerra, bagaikan tameng pelindung nya dari ganasnya sinar matahari.

"Lo ke kanan dikit, yak bagus," ucap lelaki itu tanpa menoleh pada Zerra sedikitpun.

" Oke, mundur pelan, terus,"
" Yak hopppp!! "

Lelaki itu sudah bisa membuat kemacetan ringan penuh emosi di depan gerbang sekolah jadi adem lagi.

Zerra adalah gadis yang suka tantangan. Pencapaian selaku ia targetkan setiap detiknya. Saat awan mendung berjalan tepat di atasnya, ia berharap novelnya pertamanya bisa menjadi best seller lokal.

Meskipun bukunya tidak terlalu ramai peminat, namun Zerra belum bangga akan itu. Ia ingin menjadi ratu sekolah, semua orang engenalnya.

Semuanya.

"Dek, sorry tadi Suroso emang kelewatan, "

Pandangan Zerra berbalik ke arah pemuda di sebelahnya. Zerra reflek mengusap butir keringat di pelipisnya.

"Sorry ya lain kali aku saranin dia gak bawa pick up lagi, " ucapnya tak santai.

"Santai aja kak, " Zerra tersenyum, toh yang ia lakukan tadi nggak berat-berat amat.

Tidak berlangsung lama Satpam sekolah bisa menertipkan lalu lintas lagi. "Soal pak Suroso? It's not a big deals!"

Pemuda jangkung tadi ikut tersenyum kemudian mengukurkan tangan,
"Zidan, " ia berucap seiring Zerra menjelaskan kalau dirinya sudah tau kak Dani sejak lama.

Mantan ketua satgas sekolah, kapten basket sekolah yang tajir, ganteng ala novel dan ftv, murid kesayangan pak Suroso, cewek kebelet pipis aja berpapasan sama kak Zidan di kantin, pipisnya lupa mau keluar lewat mana.

"Zerra, " Zera tersenyum dan membalas uluran tangan milik kak Zidan dengan lembut, dan hati-hati.

"Caping kamu ya? " mereka mulai bercengkrama hingga bus yang Zerra tunggu tiba.

Pintu kaca pada busway berwarna biru muda itu seakan ikut tersenyum, ketika dua orang pemuda di depan dan belakangnya saling merekahkan seringai merah muda.

Tanpa suara, hanya mata.

--

Judulnya update walau besok uts.
Nemuin hasrat buat ngedit draft itu susahnya minta ampun 😢😢
Makanya pas hasrat itu menghampiri aku langsung deh lupa sama Uts nya wehehe 😂

Enjoyy!!

Karangan Tanpa TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang