lelaki terbaik
"Bii?"
Saddam memasuki kamar Bintang, ia menghirup aroma pinus sangat wangi. Ia yakin perempuan itu baru saja bersih-bersih. Saddam melihat siluet seseorang berdiri di balkon dengan gordin tertutup.
Saddam tersenyum, alunan biola mulai terdengar bersama datangnya senja. Magic Hour.
Saddam tepuk tangan saking kagumnya, alunan itu berhenti dan keduanya tersenyum.
Mereka menuju ke mushola selepas adzan maghrib berkumandang, kemudian duduk di balkon di temani angin malam.
"Bii, gue bawa ini!" Saddam mengeluarkan novel tipis dari plastik berwarna putih, Bintang tersenyum dan mengisyaratkan terimakasih.
Bintang sangat senang dengan apa yang ia dapat sore ini, sebuah novel baru, bercover gelap berjudul Karangan Tanpa Tinta. Meskipun buku itu tipis terletak di rak paling bawah, peminat tidak terlalu banyak bahkan beberapa toko buku mengembalikannya ke penerbit.
Namun sore itu Saddam mencarinya seakan novel tersebut barang terpenting dalam hidupnya, hingga lamunan Saddam berhenti saat kertas kecil Bintang menginterupsi.
Saddam pekan depan Bii tampil di Ciao Café, jam 5 sore.
"Oh ya? Wow Saddam bakal datang jam 4, kok Bintang nggak cerita ke Saddam tiba-tiba bisa keterima ngisi live music disana?"
Ingin Saddam terkejut.
"Memangnya Bii udah jago mainnya? Mana Saddam mau lihat!"
Tidak bisa dilihat Saddam bisanya di dengar.
Mereka berdua terus berdialog, meskipun dengan cara berbeda. Saddam melihat kebahagiaan di mata Bintang, begitupun sang gadis melihat seluruh alam semesta di mata sang pria. Hingga larut malam dan sang gadis tertidur, dan sang pria melangkah keluar. Hatinya ingin dirinya mengunci pintu dan terdiam saja disana, namun otaknya memaksanya untuk berlari keluar menantang perkara yang tak kunjung kentara.
-
"Dam, bunda sudah nggak bisa membayar les musik Bintang lagi. Bunda minta maaf," malam itu setelah makan malam, perkataan lirih bunda terdengar begitu serius.
"Bunda, It's okay! Bunda nggak perlu sedih okay?"
Saddam memeluk Bundanya, Saddam tau jauh di relung hati bunda terdapat penyesalan yang mendalam tentang janjinya dulu akan membiayai Bintang hingga dirinya menjadi pemain musik hebat. Namun semua orang sadar, kebutuhan semakin bertambah setiap harinya, dan kebutuhan yang menduduki peringkat bawah akan segera terdeportasi.
"Saddam sayang bunda, dan akan mendukung apapun itu keputusan Bunda kok. Biar Saddam yang ngomong ke Bii ya?"
Bunda tersenyum sembari mengangguk, Saddam lelaki terhebat dalam segalanya.
-
Halo kawan-kawan, Kami keluarga besar Ksatria Lada Hitam (Saddam, Clara, Dika, Joel, Bunda, Mama, Bintang) mengucapkan, SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1439 H Taqabbalallahu Minna Waminkum.
Mohon maaf lahir dan bathin 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Karangan Tanpa Tinta
Truyện Ngắncover by : betterdavis [complete] Di era digital sekarang ini kita lebih banyak menerima email daripada surat dari pak pos yang sangat kuno. Begitu pula dengan Saddam, remaja yang hanya berkutat dengan pembelajaran dan juga karya ilmiah dituntut un...