karangan delapan belas-aku bukan kakakmu

3 3 1
                                    

aku bukan kakakmu

Saddam dan Joel tertunduk lesu menunggu dentingan ponsel Saddam, istirahat terasa begitu sendu dengan orang-orang yang berlalu-lalang.

Alih-alih ke kantin Saddam dan Joel justru mengetukkan jarinya di meja berkali-kali. Setelah DM random Zerra tadi malam adalah DM wanita pertama selain minta follback tentu saja yang di dapat Saddam. Joel ikut tidak bisa tidur karena mencemaskan kawannya itu stress dan bunuh diri, oke,  terlalu berlebihan.

Pintu kelas mereka yang menutup setengah terketuk dengan sangat keras, membuat Saddam dan Joel menoleh ke arahnya bersamaan.

Setelah melihat siapa yang ada di balik pintu itu Joel dan Saddam saling tatap dengan tatapan mengerikan.

"Permisi, kak Saddam!"

Saddam tidak ingin terlihat kacau, apapun yang dilalui nya kemarin adalah sebuah keanehan yang menggetarkan dunia Saddam dan setidaknya Joel.

"Hai Zer, ada apa?" Saddam mencoba merangkai senyumnya.

"Soal surat kemarin, gue kira gue tau pengirimnya."

"Serius lo!" Joel menyela di belakang mereka. Namun Saddam menariknya mundur.

"Iya, mungkin aku bisa pastiin kalau aku liat semua suratnya-"

"Enggak, gue dan Joel sepakat kita nggak bakal terusin kasus ini lagi mending sekarang lo balik ke kelas daripada ada yang ngeliat lo!"

"Tapi Kak-"

"Jangan panggil gue Kak!" Saddam berkata dingin.

Zerra mengerutkan dahi Saddam yang ia temui kemarin, sangat-sangat bukan Saddam hari ini.

"Oke, gue nggak peduli siapapun elo. Tapi postcard ini, yang kemaren lo kasih ke gue," Zerra menunjukan sebuah postcard bergambar wayang golek usang di tangan kanannya, kemudian tangan kiri merogoh saku di rok nya. "ada kaitannya dengan pembatas buku yang gue punya." Zerra menunjukan gambarnya sama persis dengan postcard misterius itu. Saddam dan Joel sama-sama melongo.

"Mungkin emang bukan gue yang ngirim tapi siapapun pengirim itu ada kaitanya sama gue,"

"Dan gue nggak akan minta dua kali!" Zerra berkata menusuk seperti sudah sifat lahirnya.

"Temui kita di halte, sepulang sekolah."

Zerra tersenyum, begitupun Joel.

Saddam bersumpah jika ini tidak demi Bunda ia tidak akan berjalan sejauh ini.

Karangan Tanpa TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang