Zerra tidak ingin berangkat kesekolah hari ini. Dia hanya ingin bersandar dan meminum air putih yang cukup. Membiarkan dia sendiri bersama rambutnya.
Mata nya berkerling melihat kilatan di ponselnya.
Saddam : Zer, lo belum ngabarin gue sama Joel tentang Plan C.
Saddam : Lo janji malam ini ya...
Saddam : Zer?
Wajahnya datar melihat ruang obrolan itu, Saddam yang hanya peduli dengan Zerra saat menyangkut tentang surat bodohnya. Zerra sebenarnya tahu siapa pengirim surat itu orang yang sama dengan orang yang membuat Zerra sekacau hari ini.
Sudah jam sebelas siang, dan dirinya baru saja bangun dari tidurnya. Zerra berjalan menuju kamar mandidengan melingkarkan handuknya di leher.
"Mama masak apa?"
Zerra menyapa mamanya ketika dirinya melewati dapur.
"Telur, Zerra mau?"
"Mau Ma!"
Zerra tersenyum. Setiap air yang bergulir di tubuh Zerra setiap tetesnya Zerra rasakan sambil hatinya berdengung 'melupakan apapun yang Mamanya lakukan berharap Mama sembuh'
Namun seperti remaja normal lainya, Mama adalah hal termenyebalkan.
Dari dalam kamar mandi Zerra mencium bau gosong, Zerra reflek mengusap sisa air di tubuhnya dan membalutkan kain handuk di sekujur tubuhnya.
Zera lega melihat Mama memakan telur buatannya di dekat jendela. Namun ketika dirinya melihat kearah dapur tepatnya penggorengan.
"Astaga!"
Zerra berlari, melihat teflonnya mengeluarkan asap karena kepanasan. Saat Zerra berusaha mematikan kompornya namun minyak diatasnya menyiprat kesegala arah begitu pula telur yang menempel diatasnya. Karena panic Zerra menyenggol teflon penggorengan dan sedikit minyak panas mengenai tangan kirinya.
"Aww," mata Zerra panas siap mengeluarkan uapnya.
Zerra mengangkat telur gosong itu dari penggorengan dengan tangannya yang luka. Menempatkan telur itu dipiring dan membubuhi lauk itu dengan nasi. Zerra tersedu saat memakan telur di samping mamanya, telur gosong, tangan terluka karena minyak, dan tubuh yang hanya dibalut kain handuk, tanpa seseorang meredakan tangisnya. Semua Zerra lakukan karena rindu masakan mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karangan Tanpa Tinta
Short Storycover by : betterdavis [complete] Di era digital sekarang ini kita lebih banyak menerima email daripada surat dari pak pos yang sangat kuno. Begitu pula dengan Saddam, remaja yang hanya berkutat dengan pembelajaran dan juga karya ilmiah dituntut un...