marmut merah jambu
"Jadi lo udah punya pembatas buku itu dari lama?"
"Gue nggak tau tepatnya kapan tapi sejak SD gue lihat ini di selipin di buffet sama Mama,"
Mereka berjalan menuju Halte dengan Joel menuntun motornya."Dam, mending Zerra ke rumah lo aja siapa tau ada barangnya lagi di surat-surat itu. Terbuktikan dia baru buka satu surat tapi udah langsung nemu sesuatu yang mencengangkan!" Joel menggebu.
"Nggak!" Saddam mengeras. Dirinya menarik nafas panjang dan menghentikan langkahnya dan berbisik 'Habis ini selesai nggak ada lagi yang gangguin bunda dan gue' "Oke, lo ke rumah gue!" Saddam dan Zerra menaiki busway dan Joel melenggangkan motornya dengan cepat.
Di dalam busway mereka berdua sama-sama berdiam diri, entah virus apa yang mengubah Saddam namun mengobrol dengan Zerra rasanya sangat memalukan dan tidak mungkin terjadi, tidak seperti kemarin disaat Saddam bahkan tidak mengenali dirinya sendiri. Perjalanan tidak terasa lama, dan mereka turun berjalan dari busway bersama kecanggungan. Tidak lama suara motor Joel terdengar dan cuatan anak itu berhasil membelah keheningan.
"Assalamualaikum Bunda!" Saddam mencium tangan Bunda yang baru saja muncul di teras rumah, diikuti Joel kemudian Zerra.
"Dia Zerra Bun," Zerra tersenyum.
"Bunda aku Joel!" Bunda lantas tertawa karena tingkah Joel.
"Kita mau ngerjain KIR, Saddam, Zerra sama Joel kebetulan dapat satu kasus yang sama jadi," tubuh Saddam mengisyaratkan supaya mereka bertiga segera dipersilakan masuk.
"Anggap kayak rumah sendiri," Bunda tersenyum dan mengelus rambut Zerra sesekali.
-
"Oke! Empat surat disini satunya udah gue kasih ke lo. Lo bisa liat semua."
Zerra meneliti amplop da nisi surat itu satu persatu, Saddam mengunci mulut dan melipat tangannya di dada seakan mengawasi Zerra. Sementara itu Joel,
"Dam, Tante, Jo bikin Indomie ya!"
"Kak! Gue nemu-"
"Jangan panggil gue Kak!"
"Oke, Dam gue nemu ini keanehan di surat ketiga. Disini nomer rumah gue udah di ti-pex sebelum di ganti jadi 47."
"Terus ?" Saddam ketus.
"Gini, guo pernoh nonton filmnyo Rodityo Diko tentong detektif yong marmot meroh jambo," Joel menyela dengan mulut penuh Indomienya.
Saddam menyikutnya supaya menelannya terlebih dahulu.
"Disenterin Dam, nanti keliatan." Joel meneruskan.
"Gue nggak punya senter," mereka berdua mencari kebingungan. Tak lama Zerra mengeluarkan ponselnya dan menghidupkan flash HP nya. Saddam dan Joel terlihat seperti orang bodoh sekarang.
"Jalan Kate nomer 32?"
"Nomor rumah tetangga lo?"
"Bukan,"
"Terus?"
"Nomor lama rumah gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Karangan Tanpa Tinta
Historia Cortacover by : betterdavis [complete] Di era digital sekarang ini kita lebih banyak menerima email daripada surat dari pak pos yang sangat kuno. Begitu pula dengan Saddam, remaja yang hanya berkutat dengan pembelajaran dan juga karya ilmiah dituntut un...