karangan dua puluh sembilan B

3 2 8
                                    


Zerra tidur disana dengan lelap, meskipun pintu kamarnya berusaha di dobrak oleh Saddam dan Joel dirinya tetap bisa tidur di tengah kebisingan.

"Zer! Zer! Buka Zer!" Saddam berteriak dari luar.

Zerra hanya termenung, Mama bilang setelah kepindahannya di rumah baru yaitu disini satu-satunya kerabat yang tersisa hanyalah Om Galih yang merupakan sepupu Mama. Mama juga bilang Ayah meninggal sejak Zerra masih bayi, bagaimana bisa Zerra hidup bersama kebohongan selama ini.

Pintu kamar Zerra tertanggal dari tembok, Saddam dan Joel nampaknya terlalu brutal. Mereka bersyukur Zerra baik-baik saja. Namun Zerra tetap terbaring disana tanpa mengucap satu kata pun hingga Bunda mendekati dirinya, "Mama kamu nunggu di bawah Zer, dia mau bicara sama kamu."

"Zerra nggak mau Tante Zerra mau disini dulu."

Tante, Saddam, dan Joel hendak meninggalkan Zerra namun dirinya menghentikan mereka.

"Zerra nggak mau maafin Mama, kecuali Tante ceritain semuanya ke Zerra."

"Tante bakal ceritain semuanya Zerra Tante janji."

"Sekarang! Zerra mau sekarang!"

Saddam menepuk pundak Bundanya tanda setuju.

"Dulu kita sahabatan waktu SMA."

"Siapa?"

"Aku, Arista, Mamamu, Claudia, Tama dan Kus, Kusuma. KDRT, Kusuma, Dia, Rista, Tama." Bunda menghela nafas kemudian menatap Saddam dan joel, "Mama kamu dan Kus mereka pacaran sudah sejak kelas satu SMA, begitupun Bunda dan Tama. Tapi Zer," Bunda menggigit bibirnya.

"Kenapa Tan?"

"Mama kamu dan Om Kus, mereka masih satu darah, tidak ada keluarga kalian yang mendukung semua malu karena Mamamu dan Kus."

Zerra tidak sadar air matanya akhirnya luluh juga.

"Rista sudah mencoba menasihati mereka, tapi mereka hanya remaja yang buta matanya. Tapi Tama mendukung mereka, dan Rista enggak. Tama mengusulkan mereka untuk pergi, semenjak itu Rista dan Tama tidak lagi menjadi sepasang kekasih. Dan persahabatan kami terhenti."

Zerra menyeka air matanya, Saddam memutuskan untuk duduk di samping Zerra dan memegang tangannya.

"Udah Bun, cukup," Saddam berucap pelan ia tidak tega melihat Zerra menangis lagi.

"Lanjutin Tan, Zerra nggak mau ada kebohongan lagi," ucap Zerra ditengah tangisnya.

"Tidak lama Tama berkelurga, dan dia pergi melupakan Claudia dan Kusuma. Begitupun Rista yang setelah tujuh tahun menunggu akhirnya dirinya menikah. Rista melupakan semuanya tentang Claudia, Kusuma, maupun Tama."

Zerra membuka mulutnya, "Dan itulah kenapa Zerra tidak punya satupun kerabat selain Om Galih."

"Tante lo Zer, lo kan punya Tante." Kata Saddam.

"Dia bukan Tante gue Dam, gue bayar dia untuk semua itu."

Hidup Zerra penuh rahasia, baik dari Bunda orang yang baru saja di kenalnya, dari Mamanya, Om Galih, bahkan kebohongan yang dia ciptakan sendiri.

"Persahabatan tidak akan berlanjut saat mereka sudah berkeluarga Zerra, keluarga adalah nomor satu." Zerra lantas mengingat Ines dan Kora. Joel pun saling bertemu pandang dengan Saddam.

"Bunda, Saddam sama Joel pamit ya."

Zerra mengangguk Bunda dan Joel meninggalkan kamar itu sebelum Saddam.

"Zer, lo cewek terkeren yang pernah gue temui. Lo hebat!" keduanya tersenyum meskipun Zerra sangat sulit tersenyum untuk malam mini. "Good Night cewek keren."

Namun masih ada pertanyaan di benak Zerra, mengapa Om Galih, maksutnya Ayah Zerra, Kusuma , meninggalkan dirinya dan Mama.

Karangan Tanpa TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang