Jari-jari Saddam dan Joel bergelut dengan stik PS dengan lincah, Zerra tidak berangkat sekolah pagi tadi. Sebenarnya Saddam sudah berniat datang kerumah Zerra sepulang sekolah, hanya untuk memastikan gadis itu baik. Namun Joel memberi saran, mungkin untuk saat ini Zerra butuh waktu berbicara banyak bersama Mamanya.
"Akhir-akhir ini kayaknya sama Zerra mulu lo bro!" Joel menceletuk.
"Kenapa Joel sayangku cemburu?" ledek Saddam yang membuat Joel geram.
"Udah berani pegang tangan cewek nih Dam ceritanya?"
Saddam tersenyum, menatap keatas tidak memedulikan permainannya. Ia masih teringat tangan Zerra yang kecil dan dingin kemarin malam. Apakah setelah ini berakhir mereka tidak lagi bisa bersama ?
"Setelah masalah surat selesai kita nggak bisa bareng-bareng lagi ya Jo?" Saddam tersadar ada ucapannya yang tidak beres, ia buru-buru membenarkan karena Joel sudah tertawa.
"Maksudnya ya hidup gue boring lagi,ketemu lo doang, bantuin Bunda ke panti." Saddam mengerutkan alis, rasanya ada sesuatu yang salah.
"Sialan, gue lupa ! Bintang Astaga!" Saddam beranjak dan mengambil jaketnya.
"Sial ! Sial ! Sial !" Saddam misuh-misuh.
Joel hanya tersenyum tidak faham, lagi lagi mencoba tegar.
"Jo! Lo mau jaga rumah gua apa pulang ke rumah lo?" Saddam berhenti di pintu sebelum berlari keluar.
"Jaga rumah lo!" Joel menghempaskan diri ke sofa, sementara Saddam pergi.
-
Saddam bergegas dengan sepeda motor nya menuju panti asuhan surya melati. Sore ini sangat terik, keringat Saddam membasahi rambutnya. Ponsel Saddam bergetar saat dirinya berhenti di perempatan.
Zerra : Gue di rooftop toko CD Poppeye
Saddam : Zer, ngapain?
"Sial!" Pikiran Saddam mencengram tangannya sendiri, apa maksud pesan dari Zerra. Saddam berbalik memutar motornya.
-
"Zerra, apa-apaan sih, jangan duduk disitu!" Saddam berteriak pada Zerra yang duduk pada sebuah kursi di pinggir rooftop.
"Ouch, Dam lo kesini? Kenapa ?"
"Lo ngirim pesan 'Gue di rooftop toko CD poppeye' satu menit setelah itu lo hilang, apa gue nggak khawatir."
Zerra tertawa keras sekali hingga seluruh mulutnya terbuka.
"Lo mikir gue bakal loncat?" Zerra tertawa lagi. Saddam juga ikut tersenyum.
"Lo beneran mikir gue bakal loncat Dam?" Zerra masuk tersenyum seraya Saddam mendekat dan duduk di sebelahnya. Mereka duduk saling menterbelakangi. Zerra menghadap barat kearah matahari terbenam, sedangkan Saddam menghadap timur.
"Terus kenapa lo ngirim pesan kayak tadi?"
"Gue pengen ngobrol.""Lo udah ngobrol sama Mama lo Zer?"
"Ya" Zerra menggangguk "mama gue kacau gara-gara Om Galih meninggal, suaminya, Ayah gue. Mama gue masih nggak inget kenapa Om Galih pergi Dam."
"Lo nggak papa kan Zer, kalau perlu bantuan gue siap, maksutnya Gue,Joel, dan Bunda siap."
"Makasih ya Dam, gue nggak nyangka tidur dan makan di rumah orang, dibantuin segala tetek bengeknya. Bahkan Bunda lo bikin Mama mendingan."
Saddam dan Zerra terus mengobrol hingga matahari terbenam dan malam datang dengan gelapnya. Hingga Saddam lupa tentang Bintangnya, seakan Zerra adalah matahari yang sangat mudah menggantikan malam.
Disisi lain, meskipun Zerra tidak dapat mengutarakan. Baginya Saddam adalah semangat baru Zerra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karangan Tanpa Tinta
Historia Cortacover by : betterdavis [complete] Di era digital sekarang ini kita lebih banyak menerima email daripada surat dari pak pos yang sangat kuno. Begitu pula dengan Saddam, remaja yang hanya berkutat dengan pembelajaran dan juga karya ilmiah dituntut un...