Omong kosong hanya akan meninggalkan luka tak berdasar, ingin lepas tidak sanggup, tidak dilepas semakin terhempas. Itulah kekuatan kata-kata.
*****
AUTHOR POV
Tiga hari telah berlalu. Sang putri mahkota hanya terdiam dan menjalankan aktivitasnya tanpa gairah. Hyuuga Hinata memutuskan untuk vacum dari dunia enterteinment untuk menenangkan diri.
"Hanabi." Panggilnya dengan tatapan sendu.
"Ya, nee-chan?"
"Apakah Tenten-san sama menyedihkannya sepertiku? Bukankah kau bekerja part time di toko miliknya?"
"Ya, di sana dia baik-baik saja. Tetap menyapa teman dan pelanggannya dengan senyum mengembang tiap saat. Dia bersedih, tapi setidaknya dia tidak ingin orang disekitarnya bersedih." Jawab Hanabi cepat.
"Jadi menurutmu, aku membuat orang di sekitarku sedih? Begitu?"
"Tidak sepenuhnya benar." Hanabi menimpali dengan singkat perkataan kakaknya yang mulai ngelantur.
"Andai saja aku selalu bersama Neji nii, mungkin aku tidak akan menyusahkan banyak orang."
Hanabi terdiam. Tetap focus pada laptop yang ada di hadapannya.
"Andai kala itu aku mencegah Neji nii untuk pergi ke acara grand opening."
Hanabi bergeming.
"Atau, andai aku mengikutinya kemanapun ia pergi, mungkin kami bisa mati bersama, sehingga aku tidak akan menyulitkan banyak orang."
TRAK! "BERHENTI MELANTUR BODOH!!" Hanabi langsung saja menunjuk kakaknya dengan jari telunjuk, matanya memerah, begitu pula wajah sampai ke telinganya.
Hinata menatap adiknya, dengan tatapan yang sedih. Ia sadar adiknya telah membentaknya, tapi ia tidak bisa membalas itu. Karena ia tahu, ia menyuilitkan adiknya lebih dari ia kira.
"ARGH!" Hanabi menghempaskan napasnya kasar dan berkutat lagi pada laptopnya. "Sungguh! Aku tidak pernah mengharapkan kakak sepertimu yang bodoh! Kau ini menyulitkan saja! Setidaknya jangan membuat dirimu sakit, jangan membuat orang disekitarmu sakit dan khawatir!"
Hinata kembali murung. Hanabi tidak menanggapi kakaknya lagi. Hingga ia sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan besar.
Dia bangkit dari duduknya dan memeluk kakaknya erat. Seperti hubungan kakak dan adik yang sesungguhnya, bukan sebagai teman pada umumnya.
"Gomen... nasai." Lirih Hinata di telinga adiknya. Sangat sakit apa yang dirasakan Hanabi. Dalam nada bicara kakaknya tidak lagi ditemukan harapan. Dan ia takut bila ini terus berlanjut.
Senja telah tiba, dua buah mobil hitam yang elegan datang. Dari mobil pertama dua pendiri perusahaan dan kepala keluarga Otsutsuki yang terpandang Nampak. Mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam kediaman Hyuuga.
Hinata dan Hanabi tetap di kamar masing-masing tanpa ada keinginan untuk bertemu dengan mereka.
Otsutsuki Kensaki dan Otsutsuki Kirishima menemui Hyuuga Hiashi secara pribadi di ruang kerjanya. Sehingga tidak ada siapapun selain mereka bertiga. Seharusnya, Neji Hyuuga menjadi pendamping Hyuuga Hiashi di saat penting seperti ini.
"Maaf kami datang di saat yang kurang tepat, Hiashi-san. Kami turut berduka cita atas kepergian Hyuuga Neji selaku keponakan dan asistenmu dalam menjalankan Hyuuga Company selama ini." Kensaki membuka diskusi dengan santun.

KAMU SEDANG MEMBACA
May I? [COMPLETED]
أدب الهواة[ C O M P L E T E D ] Hyuuga Hinata yang kehilangan cinta pertamanya membuat ia seperti orang lain dalam waktu tertentu. Entah kesialan macam apa yang mempertemukannya dengan manusia yang akan dijodohkan dengannya secara paksa, Toneri Otsutsuki. Pe...