Pembenci hanya akan membenci, pemain akan tetap bermain, dan kebenaran akan membungkam dusta
*****
AUTHOR POV
Toneri sangat terkejut atas rekaman suara yang telah diputar oleh Naruto. Semua mata tertuju pada pembohong itu. Dia berkeringat dingin saking terkejutnya.
Namun, tidak lama kemudian dia tertawa sangat keras seperti saat mendengar rekaman suara yang pertama.
"HAHAHA!! Naruto-kun!! Betapa lihainya kau meniru suaraku tanpa celah seperti itu!" Toneri memukul punggung Naruto gurau.
"Maaf saja, aku tidak sedang bercanda sekarang. Jadi, cukup kau lepas topeng yang ada di wajahmu saat ini. Itu membuatku muak!" Naruto berdecih menghadapi Toneri. Sungguh dia tidak menganggap semua ini guyonan, tapi si Toneri malah menanggapi dengan candaan.
"Naruto-kun~ kau kelewat pandai, aku jadi bingung harus menyanjungmu seperti apa. Tapi ada beberapa hal yang perlu kau ketahui. Mereka yang kau tunjuk adalah orang tuaku yang sebenarnya, aku tidak pernah membayangkan diriku membunuh orang tuaku sendiri. Sungguh tidak berguna bagi diriku, kan?"
"Disamping perbuatan itu, itu adalah hal yang melahirkan manusia tidak berguna di muka bumi. Sehingga akan menjadi sampah masyarakat saja."
"Jadi kau pikir aku adalah sampah masyarakat? Baiklah, maka kau tidak jauh berbeda denganku, karna kau lebih buruk dari sampah." Toneri menaikkan sebelah alisnya menantang kea rah Naruto yang masih tenang walau hatinya sudah panas.
"Oh ya? Kau memiliki banyak kebusukan dihatimu yang tidak pernah hilang sedikitpun. Apa aku harus member bukti rekaman suara lain, Otsutsuki-san? Tentang kau yang membunuh orang tuamu sendiri." Naruto kembali menawarkan pilihan.
"Coba saja, memangnya ada yang percaya pada tipuan seperti itu?" Toneri menantang balik Naruto dengan tangannya yang sudah terlipat di depan dada serta tatapan remeh miliknya.
Naruto belum menjawab apapun, tapi ada orang lain yang menjawabnya, yaitu...
"Aku percaya pada rekaman itu. Itu tidak seperti dibuat-buat. Karna aku percaya pada Naruto-kun, itu adalah sebuah kebenaran. Dan kau adalah orang yang sudah membunuh kakak sepupuku! Kau tidak tahu betapa berarti dirinya bagiku. Tapi kau seolah membunuhnya seperti membunuh seekor semut yang giat membawa makanannya sendiri." Hinata maju dan mengatakan hal itu.
"Oh, begitu. Tapi aku sarankan untuk tidak mempercayainya lagi, Hinata. Dia juga melakukan beberapa perbuatan keji seperti diriku. Tidak seharusnya kau terus percaya pada pendusta sepertinya." Toneri mencoba untuk mengompori Hinata.
"Tidak! Aku sangat mempercayai—"
"Hinata, tenanglah." Naruto menghalangi Hinata yang mencoba memperpendek jaraknya dengan Toneri hanya sekadar untuk menujuk dan terus mengomel. "Tidak semua yang dia katakan adalah kebohongan, Hinata. Ada yang benar dan aku takut kau akan pergi meninggalkanku." Kata Naruto dengan tatapan sendu tanpa melihat Hinata.
"Tapi dia adalah pembohong! Mau kau seperti apa, Toneri jauh lebih keji darimu, Naruto! Dan kalaupun memang kau melakukan sesuatu yang salah di masa lalu, tapi aku yakin kau sudah lebih baik dari masa itu! Benar, kan!?" Hinata mendesak Naruto.
"Itu benar. Aku sudah lebih baik dari saat itu. Dan Toneri." Naruto menghadap Toneri lagi. "Aku percaya bahwa kau tidak akan tinggal diam saat ini. Kau pasti juga menyiapkan hal yang serupa dengan milikku, kan? Keluarkan saja, tidak perlu menahan diri." Naruto mengatakan hal itu tanpa beban sedikitpun. Hanya lara dan pilu di dalam suaranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
May I? [COMPLETED]
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Hyuuga Hinata yang kehilangan cinta pertamanya membuat ia seperti orang lain dalam waktu tertentu. Entah kesialan macam apa yang mempertemukannya dengan manusia yang akan dijodohkan dengannya secara paksa, Toneri Otsutsuki. Pe...