Bukan tentang siapa yang mengenal raga lebih dulu, tapi tentang siapa yang mengenal hati untuk pertama dan terakhirnya
*****
"Na-Naruto!?" Pekik Hinata terkejut.
"Hehe... Halo sayang~" seru Naruto pada Hinata sambil melambaikan tangannya lucu.
HYUUGA HINATA POV
Ini gila. Ini gila. Ini gila. Ini sungguh gila!!
Sekarang Naruto sudah ada di depanku, tapi aku justru tambah khawatir. Tapi jika diingat ingat, memang perjanjian aku dengan ayah adalah sebelum aku dan Toneri saling mengucap janji suci. Sampai saat ini, hanya Toneri ynag mengatakannya, dan aku tidak mengatakannya. Aku bersyukur untuk memberanikan diriku tadi. Aku sangat bingung.
Aku mendengar desas desus dari kursi tamu undangan, tidak terkecuali teman-temanku. Wajah mereka, tidak terlihat terkejut seperti yang lain, apa jangan-jangan...
"Hei, anak itu mempermalukan keluarganya! Bagaimana bisa pernikahan ini di selenggarakan, sedangkan si gadis itu malah mengatakan hal yang tidak pantas seperti tadi!" Sahut salah satu tamu. Dia adalah rekan kerja ayah yang berada jauh dari Konoha. Kalau tidak salah, namanya adalah Hoshii Kimi. Nenek tua stylish yang suka mengurusi hidup orang lain. Bahkan aku tidak tahu kenapa dia begitu ingin mengurusi orang lain.
"Pernikahan bukan permainan, anak muda! Ini tidak semudah kelihatannya! Apa kau benar-benar serius!?" tambah pak tua di sebelahnya.
"Ya kami serius!" jawab Toneri secepat kilat.
Tidak ingin kalah cepat aku menimpalinya. "Tidak! Aku mencintai orang lain! Dia hanya seorang penindas yang hanya ingin keinginannya terwujud tanpa memperdulikan perasaan orang lain!" kataku sembari menunjuk Toneri yang tidak tahu diri itu.
"APA!? JAGA OMONGANMU JALANG! UPS!" Dia mengatakan dnegan begitu keras hingga bergema di seluruh bagian gereja. Seluruh tamu terkejut dengan perlakuannya. Ada yang menutup mulut, bola matanya hampir keluar karna melotot, dan ada yang pingsan begitu saja.
Bisikan penuh hujatan mulai keluar tepat setelah Toneri mengatakan hal tidak pantas itu. Dia memang biang masalah.
Gereja yang tadi tenang, kini sudah riyuh karenanya. Beberapa tamu terlihat melirik kami dengan sinis sambil terus berghibah dan marah-marah tidak jelas. Tapi aku pikir itu adalah hal yang wajar.
"Kau tidak perlu takut, Hinata." BIsik Naruto yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang tubuhku dan menarik daguku.
Kemudian... hal yang terjadi selanjutnya adalah... aku tidak mau menceritakannya! Aku tidak mau! Aku tidak mau pokoknya!
Baiklah baiklah! Jangan memaksaku seperti itu, reader-sama! Aku akan cerita! Ya aku akan menceritakannya!!
A—Aku... Aku dicium olehnya.
CUP~ KISSEU~
Naruto ada di belakang tubuhku, tangannya yang satu menarik daguku kesamping dan menoleh ke belakang agar bibir kami bisa bersatu. Tangannya yang lain merangkul pinggulku mesra.
Kenapa di saat seperti ini dia malah menciumku? Ditambah lagi masih ada tamu yang pasti melihat kejadian ini. Dan bisikan para tamu semakin terdengar dengan jelas. Ini memalukan.
Bibir kami melekat sangat kuat, sangat kuat hingga aku tidak ingin melepaskannya. Aku tidak ingin melepaskan sentuhan hangat ini. Bibir yang akan mengerti diriku apapun yang terjadi. Bibir yang akan merangkul masa berhargaku bersamanya. Bibir yang akan memberikan karunia terbesar dalam hidupku. Bibir yang akan menjadi teladan bagi anaknya, bibir yang akan selalu menjadi bibir terseksi dan terindah. Hanya milikku. Milikku. Milikku.

KAMU SEDANG MEMBACA
May I? [COMPLETED]
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Hyuuga Hinata yang kehilangan cinta pertamanya membuat ia seperti orang lain dalam waktu tertentu. Entah kesialan macam apa yang mempertemukannya dengan manusia yang akan dijodohkan dengannya secara paksa, Toneri Otsutsuki. Pe...