Hold my hand, anata
*****
AUTHOR POV
Kemarin siang, setelah menemukan mayat kakaknya yang berada di ruang mayat, Hinata diberi obat penenang karena tindakan brutal Hinata yan mengkhawatirkan banyak orang. Kira-kira pukul satu siang kemarin sudah dilaksanakan upacara pemakaman Hyuuga Neji.
Hinata kala itu hanya berjalan tanpa memperhatikan tapakannya. Hingga dia membahayakan dirinya sendiri, bahkan matanya terlihat kosong, melamun, dan tidak menangis. Hal itu terjadi sampai pulang ke rumah.
Di kamarnya sendiripun dia hanya diam dan minum. Begitu selesai minum air putih, gelasnya akan dia lepaskan begitu saja hingga pecah berkeping-keping. Kemudian dia menurunkan kakinya dan berjalan menuju pojok kamarnya dengan kaki berdarah-darah karena pecahan beling tersebut.
Dan sampai saat ini. Dia berada di pojok ruangan dengan memeluk lutut serta kakinya yang berdarah.
Semua kejadian menyakitkan terjadi dalam satu hari yang sangat jauh dari perkiraan seorang Hyuuga Hinata.
Matanya sayu dan lembab. Lingkar hitam mengelilingi bentuk matanya yang indah dan netranya yang bersih kini sudah tampak kusam. Jika diperhatikan lebih lanjut, Hinata nyaris tidak berkedip dalam beberapa saat. Tangannya sedingin es dalam ruangan bersuhu 16⁰ C yang sudah aktif sejak kurang lebih 20 jam yang lalu.
DRRRT.. DRRT... ponsel gadis itu bergetar dan menampilkan nametag "Sakura Haruno". Hinata hanya melirik tanpa melakukan hal yang lain. Dia membiarkan ponselnya begitu saja memecah deru AC yang menguasai ruangan.
Sekarang pukul 6 pagi, dan suasana di luar sangat mendung, nyaris seperti malam hari pada umumnya. TOK TOK TOK... ketukan pintu itu sudah menjadi music yang biasa bagi Hinata dalam kurun waktu 10 menit sekali. Sorakan "Anda baik-baik saja, nona? Hinata-sama, ijinkan kami masuk..." itu hanya membuat Hinata menjelajah lebih dalam di dunia imajinasinya.
Dia menoleh ke kanannya dan mengelus permukaan lantai perlahan.
"Neji nii..." lirihnya. Tiba-tiba bibirnya tertarik menciptakan senyuman paksa. "Apakah nii ingat kalau kita sering duduk di pojok ruangan ini saat bersembunyi dari Hanabi? Haha... itu sangat menyenangkan, bukan? Hanabi sampai mengadu pada kaa-san dan tou-san hanya karena hal itu. Aku sangat ingin menggoda Hanabi bersamamu nii, jadi segeralah kembali kemari. Berjanjilah padaku."
Tes. Hinata menangis. Dia hanya bisa menangis.
BRAK! Pintu kamarnya terbuka begitu saja.
Dalam pikiran Hyuuga Hinata, di sana berdiri lelaki tegap dengan rambut terurai sampai bokongnya, serta netra lavender lebar dan menenangkan. Hinata berdiri dengan gemetar.
"Neji nii... Neji niii di sana? Tunggulah, aku akan menghampirimu..." dengan kaki yang berdarah itu dia melangkah mendekati sosok imajinasinya itu.
Beberapa langkah lagi maka sampailah dia dia tubuh Neji. Dan BRRUK! Dia memeluk erat Neji dengan kakinya yang gemetar serta penampilan tubuh yang berantakan.
"Neji nii, sejak kapan kau jadi lebih pendek dariku? Sejak kapan kau dengan langsung membalas pelukanku sedangkan biasanya kau akan menjauh dariku."
"Hinata nee..." bukan sebutan 'nona Hinata' atau 'Hinata' yang ia dengar.
"Aku adalah adikmu, Neji nii... buat apa kau memanggilku dengan sebutan kakak perempuan?" jawab Hinata sekenanya.
"Nee-san..." pelukan yang Hinata rasakan main erat, bahkan kepala orang yang ia peluk menempel di pundaknya. Hinata merasa pundaknya basah.

KAMU SEDANG MEMBACA
May I? [COMPLETED]
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Hyuuga Hinata yang kehilangan cinta pertamanya membuat ia seperti orang lain dalam waktu tertentu. Entah kesialan macam apa yang mempertemukannya dengan manusia yang akan dijodohkan dengannya secara paksa, Toneri Otsutsuki. Pe...