Yang paling akhir, tapi bukan yang terakhir
*****
HYUUGA HINATA POV
Banyak yang terjadi hari ini. Dan tidak semua dapat aku mengerti. Pertama, Naruto yang ternyata menyamar sebagai pendeta, berbagai rekaman suara yang membuktikan kebejatan Toneri dan berbagai penyangkalan yang dilakukannya, serta teman-temanku yang telah memegang alat illegal yang bisa aku tebak dari siapa itu.
Dan yang paling membuatku bingung adalah Naruto yang tetap di tempatnya, menatapku dan Toneri secara bergiliran dengan intens dan mengintimidasi. Kemudian juga saat...
Dia menembak pahaku dengan begitu santainya.
Kenapa dia melakukan hal ini? Kenapa dia dengan tega melukaiku seperti ini? Aku sudah percaya padanya, tapi dia mengkhianati itu kesekian kalinya. Entah berapa kali aku terus percaya dan percaya, namun akhirnya aku ditinggalkan. Hah, bodoh. Ya, aku memang bodoh, kenapa aku tumbuh menjadi wanita yang tidak berakal ya?
Aku tidak sanggup lagi. Aku tidak bisa berdiri lebih lama. Perlahan namun pasti, tubuhku sudah ambruk dan terlepas dari pelukan tangan Toneri di leherku. Aku terhempas ke lantai dengan bahu kiriku yang bersandar di tubuh Toneri.
"Hinata!" Begitu Toneri mengatakannya...
P S E U.... D O R ! K R A K ! Sesuatu mengeluarkan suara dan menghancurkan kaca yang selama ini berada di sisi kiriku, beberapa meter dari pundak kiri Toneri.
"PELURU!?" Salah seorang memekik yang tidak aku ketahui dia siapa.
"Ah, pahaku..." Aku mengerang kesakitan ketika darah terus saja memerahkan gaun putih ini. Keluhku sama sekali tidak bisa berhenti. Ini terlalu menyakitkan untuk aku rasakan.
Orang-orang yang tadi terus melontarkan amarahnya untuk Naruto terdiam saat mendengar suara barusan. Aku mencoba melihat sekeliling, dan mereka semua membatu. Tidak ada yang bergerak, bahkan berdiri dengan tenangpun tidak ada kecuali... Naruto.
Lelaki itu. Lelaki tampan sepertinya. Entah ekspresi apa yang akan ia tunjukkan, ia akan selalu memesona. Terlihat tampan, menggoda, jenaka, dan menyeramkan di saat yang sama.
"Ah! Hinata!" Toneri menarik tanganku dan mencoba membuatku berdiri di atas kakiku sendiri. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak mampu berdiri. "Ah sial! Berdirilah bodoh!" Umpatnya dengan kasar padaku.
Dia terus menarik lenganku tanpa aku bisa memenuhi keinginannya. "Dasa cewek lemah! Berdirilah, bego!" Dia semakin kasar padaku. Tapi akhirnya dia berhenti dan menendangku. "Cewek tak tahu diuntung! Menyulitkan saja!"
Naruto tetap di tempatnya. Sudahlah. Aku muak mengingat segala omong kosong Naruto selama ini. Aku sudah lelah dengan kebohongan. Dan aku letih dihadapi segala harapan palsu.
W I U ! W I U !! W I U ! ! !
Eh, suara apa itu!?
"SIALAN!" Toneri segera berlari.
HYUUGA HINATA POV end
AUTHOR POV
Mendengar suara nyaring itu membuat Toneri dan komplotannya bergidik. Pasalnya mereka sudah tahu betul suara apa ini. Toneri yang telah menyerah atas Hinata segera berlari di susul oleh para bawahannya. Sedangkan pihak Naruto hanya terdiam keheranan. Dengan pertanyaan yang sama...
'Apa yang terjadi?' Kata semua orang dalam hati.
Toneri berlari menuju pintu utama gereja dan hendak membukanya. Tapi...
![](https://img.wattpad.com/cover/114045080-288-k784627.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
May I? [COMPLETED]
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Hyuuga Hinata yang kehilangan cinta pertamanya membuat ia seperti orang lain dalam waktu tertentu. Entah kesialan macam apa yang mempertemukannya dengan manusia yang akan dijodohkan dengannya secara paksa, Toneri Otsutsuki. Pe...