Gereja sangat hening setelah para tamu keluar. Tersisa beberapa manusia di dalamnya yang berpegang pada sebuah alat mematikan dan illegal penggunaannya tanpa ijin dari polisi. Dan itu merupakan mainan sehari-hari dari Tenten, seorang pembuat senjata illegal yang hanya diketahui oleh Naruto dan beberapa kawan lainnya. Naruto memanfaatkan hobi Tenten untuk menyerang si busuk itu, Toneri.
Hinata yang merasa keamaannya terancam hanya bisa menyesat di balik punggung Naruto. Hanya itu tempat di mana ia merasa aman untuk keadaan seperti ini.
"Ayo, Hinata-cyan~ ini adalah acara kita, jangan biarkan bedebah-bedebah ini masuk dan merusak, oke?" Toneri memiringkan kepalanya dengan mengeluarkan suara serak basah yang dibuat buat.
Hinata tidak menjawab. Sama sekali tidak peduli.
"Setidaknya kau harus tahu di mana keberadaan dirimu di dalam Hinata. Kau tidak ada di manapun! Jadi sadari keberadaanmu dan berbaliklah untuk pulang." Ujar Naruto begitu Toneri menggoda Hinata.
"Aku tidak perlu menjelaskan lagi, kan? Kalau pernikahan ini adalah keputusan kedua orang tua kita, di mana menjadi permintaan terakhir dari ibumu. Apa kau tega mengabaikannya begitu saja?" Tanpa menghiraukan perkataan Naruto, Toneri terus membuat Hinata terpojok oleh keadaannya sendiri.
Semua orang terdiam. Tapi memang itulah adanya. Permintaan terakhir dari mendiang ibu Hinata. Permintaan tak masuk akal dan tanpa pikir panjang untuk ke depannya.
"Aku sangat menyayangi ibuku, tapi aku sama sekali tidak menyukaimu. Sifatmu yang semakin buruk dari hari ke hari semenjak perjodohan kita ditetapkan sekitar 18 tahun yang lalu." Ujar Hinata dengan lirih.
"Ah~ kau mengingatnya? Manis sekali~" Toneri kegirangan.
"Kau selalu mementingkan keinginanmu tanpa sekalipun memikirkan perasaanku. Bahkan kau sampai membunuh orang tuamu untuk hal ini. Itu yang membuatku tidak pernah menyukaimu!" Hinata berteriak dalam mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya. Tidak seperti sebelumnya, kini Toneri hanya berdiri dan mendengarkan.
"Tapi... Tapi Naruto berbeda. Jika saja kau tidak egois sedari kau kecil, mungkin saja pernikahan in bukan atas dasar perjodohan. Tapi atas rasa cinta yang mengikat hati kita. Naruto yang ceria, terlalu percaya diri, dan perhatian yang mengantarkannya semakin merangsek sesak dalam hatiku. Itu yang aku benci darinya! Dia... dia selalu memaksaku untuk semakin mencintainya. Tidak peduli apa yang terjadi padanya, aku selalu mencintainya!" Mata Hinata terus menyipit.
Hening. Gereja hening untuk beberapa saat.
"Benarkah? Bukankah kau begitu terpukul dengan kepergian Naruto yang sesaat itu? Kenapa kau begitu mengharapkan orang yang sudah menyakitimu. Lebih baik kau tidak memilih siapapun di antara kami, daripada kau memilihnya!" Toneri mulai marah. Emosinya sudah ada di ubun ubun dan membuat wajah mempelai pria tersebut memerah.
Naruto hanya diam menghadapi situasi ini. Bagaimanapun juga keadaan mereka lebih diuntungkan daripada Toneri. Jika ada pergerakan sekecil apapun oleh Toneri, maka Naruto dan lainnya akan siap untuk menghadangnya.
"Sudahlah kalian terlalu berisik. Hinata akan aman bersamaku. Kau tidak perlu ragu tentang hal itu." Naruto meringkuh Hinata dalam dadanya.
"Benarkah? Oh... ya, kau pasti berpikir seperti itu saat ini. Kau pikir aku tidak mempersiapkan senjataku juga? Aku tidak sebodoh itu, ya~" Toneri berkata dengan wajah yang meremehkan dan penuh rasa kemenangan.
Sebuah smirk muncul di wajahnya dan bibirnya mulai bergerak merangkai kata perkata penuh tekanan. "Tangkap dia, Yakitagi. Dan Sagashimaru, lakukanlah."

KAMU SEDANG MEMBACA
May I? [COMPLETED]
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Hyuuga Hinata yang kehilangan cinta pertamanya membuat ia seperti orang lain dalam waktu tertentu. Entah kesialan macam apa yang mempertemukannya dengan manusia yang akan dijodohkan dengannya secara paksa, Toneri Otsutsuki. Pe...