34

171 13 1
                                    


Hari mulai berganti, Anna masuk ke dalam kamar Atara. dia menarik selimut yang menutup seluruh tubuh Atara. Atara masih terlelap, Anna mengelus rambutnya dan air matanya mengalir keluar, dia benci jika menangis di dekat anaknya. Tapi masalah yang menimpa dirinya dan Atara membuat dirinya menjadi emosional. "Bangun sayang, sudah pagi. Kamu harus bangun dan sarapan. Kemarin kamu belum makan apapun. Bangun Tara." Ujar Anna dengan lembut, dia masih terus mengelus rambut Atara.

Perlahan Atara membuka matanya. Dia berbalik dan melihat mamanya yang sedang duduk di sampingnya. "Aku akan bangun sekarang ma." Jawab Atara sambil tersenyum.

Anna melihat mata Atara yang sangat merah dan bengkak, dia tahu jika Atara menangis kemarin dan itu penyebabnya. Atara melihat pipi Anna yang basah karena air mata, Atara langsung merubah posisinya menjadi duduk berhadapan dengan mamanya.

Dia mengusap lembut pipi mamanya dan berkata, "Semuanya bukan salah mama. Takdir yang membuat kita berada di masa sulit ini. Jangan menangis lagi ma. Aku akan keluar untuk sarapan, jadi mama keluar dari kamarku yah, aku masih ingin membasuh wajahku."

Anna ikut tersenyum dan menggenggam kedua tangan Atara, "Makasih karena kamu masih tersenyum sayang. Mm, apa kamu ingin ijin ke sekolah hari ini?" tanya Anna dan Atara mengangguk iya, "Kalau begitu mama akan menelpon wali kelasmu. Cepat basuh wajahmu dan turun sarapan sama mama." Tambah Anna.

Suasana sekolah saat pukul 7 pagi masih terbilang sepi. Namun di jam seperti itu, Grayson sudah sampai di sekolah. Dia masuk ke dalam kelas yang belum ada siapapun di dalam situ, dia pun duduk termenung di tempat duduknya.

Banyak hal yang muncul dalam pikirannya. Dia yakin dengan dirinya sendiri, dia yakin untuk mengorbankan kehidupannya demi Atara. "Aku pantas mati, aku sudah terlalu lama ada di dunia ini. Ini waktunya aku beristirahat dengan tenang. Kamu pantas melanjuti hidupmu Tara, kamu juga pantas mendapatkan seseorang yang bisa mencintaimu dengan tulus." Ujarnya.

Muncul sebuah senyuman setelah dia mengucapkan kalimatnya, dia tak bisa mengartikan apa arti senyumannya sendiri. Entah itu senyuman karena dia bisa merelakan Atara, atapun senyuman karena dia merelakan kehidupannya sendiri.

Pintu kelas tiba-tiba terbuka, Grayson melihat Ashley yang masuk ke dalam kelas. Grayson tak ingin moodnya hancur karena melihat wajah Ashley, apalagi mendengar celotehannya. Grayson langsung berdiri dan memutuskan untuk keluar kelas, namun Ashley langsung menahan lengannya, "Kenapa sifatmu jadi seperti ini Gray?"

"Tanyakan pada dirimu sendiri kenapa sifatku bisa seperti ini." Ujar Grayson yang langsung melepaskan tangannya dari pegangan Ashley. Dia keluar meninggalkan Ashley. Ashley berusaha untuk sabar dan berjalan ke arah tempat duduknya.

Grayson berjalan ke arah atap. Saat sampai di sana, dia melihat Moren yang sedang berdiri bersandar di pinggir atap. Moren yang melihat Grayson lansung melambaikan tangannya seakan menyapa kehadiran Grayson.

"Sepertinya kamu tahu aku akan datang ke sini." Ujar Grayson sambil berjalan mendekati Moren, Dia ikut berdiri di samping Moren sambil memandangan sekitarnya.

"Apa kamu akan meninggal di 3 tahun yang akan datang?" tanya Moren yang meneguk darah segar dalam botol yang di pegangnya.

"Apa kamu gak membawa darah rusa lebih untukku?" Moren mendengus kesal karena Grayson mengabaikan pertanyaannya. Moren langsung mengeluarkan botol lainnya yang disimpan dalam tasnya. Dia memberikan botol itu pada Grayson, "Kamu sangat menjengkelkan yah." Ujar Moren.

"Aku ingin cepat pergi dari dunia ini." Sambung Grayson sambil meneguk darah segar itu.

Moren memandang Grayson yang terlihat serius dengan omongannya. "Kenapa kamu merelakan kehidupanmu?"

Destiny : Can't Be Together | COMPLETE |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang