PART 4

147 54 41
                                        

“Teman adalah seseorang yang datang sewaktu-waktu,
Teman dekat adalah seseorang yang datang setiap waktu,
Tapi, ada seseorang yang datang tanpa melihat waktu.
Itulah yang dinamakan sahabat”

-Wonderful Feelings-







Pagi itu, kelas XI IPA 1 kedatangan dua siswi baru. Jennifer Febriyanti, pindahan dari Bandung dan Claire Citherson, pindahan dari Eropa.

Bu Nita sendiri sudah pergi beberapa saat lalu setelah mengantar mereka ke dalam kelas. Katanya, Ia sedang memiliki urusan yang serius dengan seseorang. Dan hal itu juga yang membuat Jenni dan Claire duduk bersama, tak seperti kebanyakan siswa yang posisi duduknya diatur.

Ia dan Claire duduk di bangku ketiga dari depan. Tepat di belakangnya, duduk seorang pria yang memiliki tinggi proporsional dengan bola mata berwarna hitam pekat. Ia memiliki rambut tipis yang sedikit bergelombang. Namun, Ia hanya duduk sendirian di tempat itu.

Mereka juga sempat berkenalan dengannya beberapa saat yang lalu, sebelum pelajaran pertama dimulai. Sebenarnya, Jenni adalah sosok yang pemalu jika berada di suasana yang tergolong ‘baru’. Namun, dengan bujukan Claire, mereka pun berkenalan singkat.

Cowok itu bernama Putra Cakra, ketua kelas XI IPA 1. Setelah mengetahui nama masing-masing, mereka sempat bercanda ria. Mereka bertiga pun akrab dengan sangat cepat. Bahkan, Jenni pun melupakan segala pertanyaan di benaknya mengenai Claire untuk sesaat.

Pelajaran pertama diisi dengan pelajaran Fisika yang dilanjutkan dengan Bahasa Indonesia. Meskipun ketinggalan beberapa materi, Jenni dan Claire tetap bersemangat di hari pertama sekolahnya.

Tepat pukul 10:00, bel di sekolah mereka berbunyi, tanda waktu istirahat telah tiba. Sama seperti kelas lain, semua siswa siswi di kelas mereka segera berjalan keluar dan langsung mengarahkan langkahnya ke tempat ternyaman di sekolah ini. Apalagi kalau bukan kantin.

Berbeda dengan siswa kebanyakan yang langsung menuju kantin, Jenni masih berada di kelas, menyelesaikan catatannya.

“Jen, lo mau ke kantin gak?” tanya Claire.

Saat ini, kelas mereka hanya dihuni oleh tiga orang saja, yakni Jenni, Claire, dan Putra. Mereka semua sibuk dengan aktivitasnya. Jenni masih sibuk dengan catatannya, Claire masih terus menunggu Jenni menyelesaikan catatannya, dan Putra menunggu sahabatnya sambil sesekali membuka gadgetnya.

“Lo duluan aja. Gue masih lama nih” jawabnya tanpa melihat Claire sedikit pun.

“Yahh. Kalau gitu gue tunggu lo aja lah”

“Nggak usah, La. Lo duluan aja, nanti gue nyusul kalau sempat”

Lara adalah nama panggilan yang Jenni dan Putra buat untuknya. Soalnya, menurut mereka, nama ‘Claire’ terlalu panjang untuk disebut. Ia sendiri hanya mengangguk ketika diberikan nama itu.

Setelah membalas perkataan Lara, Jenni pun membalikkan badannya ke arah Putra.

“Putra, temenin Lara ke kantin ya”

Melihat Jenni berbicara seperti itu membuat wajah Lara memerah. Ia memang tertarik dengan Putra meskipun pertemuan mereka terbilang ‘baru’. Entah apa yang Putra punya hingga dapat memikatnya dengan sangat cepat.

Mendengar perkataan Jenni, Putra pun mengarahkan pandangannya ke arah Lara yang sekarang sedang salah tingkah.

“Sorry yah, La. Gue lagi nunggu sahabat gue nih”

“E-eh.. g-gak papa kok” jawabnya sedikit gugup ketika matanya bertemu dengan Putra.

“Beneran gak apa-apa?”

Wonderful FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang