“Saat orang memilih tuk menjadi yang terdepan, gue memutuskan untuk melakukan yang sebaliknya. Mengapa? Supaya gue bisa tolong teman di depan gue jika sedang kesusahan”
-Wonderful Feelings-
Pagi itu semua siswa kelas XI IPA 1 tengah berada di lapangan basket. Mereka sedang memperhatikan Pak Surya yang tengah menjelaskan tata cara permainan basket.
Jenni, Adit, Lara, dan Putra kini tengah duduk selurusan di barisan paling depan. Di sisi kiri mereka duduk dua orang anak yang nampak asing di mata Jenni.
“Put, mereka siapa?” tanyanya sambil mengode Putra dengan lirikan matanya.
Putra yang mengerti akan maksud Jenni hanya tersenyum lebar seraya berkata “Mereka itu teman kelas kita. Kemarin mereka gak masuk, makanya terlihat asing di mata lo”
“Nama mereka siapa?”
“Yang cowok namanya Andra. Dia cowok yang suka membolos dan terkenal sangat nakal di sekolah ini. Bahkan, guru-guru pun tak bisa mengaturnya. Mungkin gak ada orang yang bisa sifatnya itu. Dari lahir mungkin sudah nakal” jelasnya.
Jenni hanya mengeluarkan berbagai macam ekspresi saat Putra mendeskripsikan cowok itu. Ekspresi mengerti, terkejut, hingga ekspresi senang silih berganti di wajah cantiknya itu.
“Kalau yang cewek?”
Putra tersenyum lebar mendengar pertanyaan Jenni. Dengan semangat, Ia pun mendeskripsikannya pada Jenni.
“Nah, kalau yang cewek namanya Astrid. Dia cewek yang baik tapi memang agak hiperaktif. Kadang dia heboh sendiri di kelas. Dia juga anak yang percaya diri banget. Tunggu aja ntar, dia pasti akan deketin lo. Dia juga salah satu cewek yang paling cantik di sekolah ini. Udah itu, dia juga lucu banget. Gue-- ”
“Lo suka yah sama dia?”
DEG
Pertanyaan Jenni membuatnya berhenti bicara. Dengan cepat Ia menolehkan mukanya dari hadapan Jenni dan memilih untuk mendengarkan penjelasan Pak Surya. Melihat aksi temannya itu, Jenni terkekeh sendiri.
Setelah berhasil mengatur nafasnya, Ia pun memajukan kepalanya ke arah telinga Putra. Dengan pelan, Ia pun membisikkan sesuatu.
“Ciee.. Ada yang suka Astrid nih”
Wajah Putra memerah seketika. Dengan cepat, Ia menjauhkan Jenni dari dekatnya dan segera menutup kedua telinganya dengan tangannya. Hal ini sukses membuat Jenni terkekeh lagi.
Setelah puas tertawa, Ia pun mengatur nafasnya sebentar lalu kembali mendengarkan penjelasan Pak Surya. Beruntung bagi Jenni, Ia tak dilihat oleh Pak Surya sewaktu terkekeh.
“Bapak harap, latihan dribble, passing, dan shooting yang sudah kita latihankan minggu lalu dapat diaplikasikan sekarang yah” jelasnya.
“Kalau gitu kita bagi tim yah dulu yah. Satu tim berisikan lima orang. Bapak akan lihat yang mana yang udah ngerti atau tidak. Untuk Jenni dan Claire kamu mau main atau nggak? Bapak kan belum ajarin apa-apa ke kalian” tanya pria berkumis itu.
Jenni dan Lara hanya saling menandang satu sama lain. Mereka tak tahu harus menjawab apa. Akhirnya Jenni hendak menolak tawaran Pak Surya karena Ia tahu kenyataan bahwa dirinya tak bisa bermain basket.
“Hmm, gak--”
“Mereka bisa kok Pak” potong cowok yang duduk di antara Jenni dan Lara. Lara dan Jenni berbalik bersamaan ke arah Adit dengan tatapan heran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Feelings
Teen Fiction[FOLLOW DULU] "GUE SAYANG SAMA LO!" "Iya. Gue juga sayang sama diri gue." *************************************************** "Lo kok gak bisa sih ngertiin gue sekali aja. Gue capek diginiin!" "Gue lebih milih ngertiin matematika daripada ngertiin c...