PART 5

148 55 47
                                        

“Di dunia ini, tak akan ada yang pasti. Bahkan, batu yang keras pun dapat hancur hanya karna setetes air”

-Wonderful Feelings-







“MY BRO” sapa Putra pada seorang cowok bermata coklat yang berjalan mendekati mereka.

Melihat ekspresi Putra, Jenni dan Lara pun membalikkan badannya.

DEG

Batagor yang Jenni pegang sukses terjatuh karena tertabrak badan cowok itu sewaktu membalikkan badannya. Jenni pun membulatkan mata dan mulutnya sambil melihat batagornya yang sudah berserakan di lantai.

Setelah beberapa saat, Ia pun berbalik menghadap cowok tersebut yang juga melihat batagornya yang berserakan di lantai. Namun, fokus Jenni bukan pada apa yang telah cowok itu lakukan. Ia terfokus pada baju cowok tersebut yang basah dan kotor. Matanya pun semakin membulat ketika Ia tahu bahwa penyebab kotornya baju cowok itu adalah batagor miliknya. Niatnya untuk memarahi cowok tadi berganti menjadi rasa bersalah.

Lamunan Jenni pun terhenti seketika saat melihat cowok tersebut berjongkok tepat di depannya. Cowok tersebut lalu memeriksa sakunya dan mengeluarkan sebungkus tissue miliknya. Setelah mengambil beberapa lembar, Ia pun membersihkan batagor yang sangat berserakan di depannya.

Jenni, Lara, dan Putra yang berada di dekatnya hanya melihat apa yang Ia lakukan. Mereka bertiga masih sangat kaget melihat apa yang tengah terjadi di depan matanya.

Setelah dianggap bersih, cowok tersebut pergi membuang sampah-sampah itu. Setiap langkah dan gerakan yang Ia lakukan, diperhatikan dengan saksama oleh tiga pasang mata yang ada di kelas itu.

Ia pun berjalan ke arah Jenni setelah membuang sampah itu. Setelah sampai di depan wanita itu, Ia lantas diam bak patung berbahan dasar batu.

Di lain sisi, Jenni merasa sangat takut ketika cowok itu menatapnya. Tatapannya yang dalam dan wajahnya yang datar, menambah semua ketakutan dan pikiran negatif Jenni tentang cowok itu.

“Jangan sampai dia ngambil first kiss gue”

Semua yang Jenni pikirkan pun menghilang seketika saat garis datar pada bibir cowok itu berubah menjadi lengkungan tipis yang sangat meneduhkan.

Tingkah yang dilakukan sahabatnya itu membuat Putra juga ikut tersenyum.

“You’re back, Brother” batinnya.

Tak lama kemudian, cowok tersebut mengulurkan tangannya ke arah Jenni lalu membuka bibir tipisnya itu.

“Gue minta maaf yah”

Mendengar hal itu, Jenni menjadi salah tingkah. Entah mengapa, kalimat singkat itu membuat Jenni risih. Dengan sedikit gugup, Ia pun menerima sodoran tangan itu dan menyalaminya.

“G-gak a-apa apa kok. Santai aja” jawabnya yang membuat cowok itu semakin mengeratkan pegangannya.

Setelah sekian lama bertatapan, cowok itu pun memutuskan untuk menolehkan kepalanya ke arah Putra.

“Batagor gue mana, Ra?”

Mendengar pertanyaan yang keluar dari cowok itu, Lara pun ikut bertanya.

“Yang ini bukan, Put?” tanyanya sambil mengambil satu batagor yang tadi Putra titipkan padanya.

Putra yang berada di depannya hanya mengangguk pelan kepada Lara. Melihat hal itu, Ia pun menyodorkan batagor itu pada cowok itu.

Wonderful FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang