PART 20

80 15 0
                                    

“Jika orang berkata bahwa memaafkan itu sama saja dengan memperbaiki kertas yang sudah diremas,

Maka bagi gue,
Memaafkan seperti membuat kertas baru dan memulainya dari awal tanpa kucek sedikit pun”

-Wonderful Feelings-










“Udahlah Put, Dit, lo gak boleh nyalahin diri lo sendiri. Ini kan emang bukan salah kalian” kata Lara.

Malam sudah datang menghampiri saat itu. Namun, mereka berempat belum kunjung pulang. Pemilik rumah pun belum kelihatan batang hidungnya.

Putra, Ditya, Lara, dan Astrid sekarang tengah berada di ruang keluarga, sedangkan Jenni masih berada di posisinya tanpa bergeming sedikit pun. Hanya lagu melalui headseat-nya yang menemaninya saat ini. Ia tak ingin diganggu. Ia masih memantapkan pikirannya dan keputusan yang akan Ia ambil.

Mereka juga sudah sempat membujuk Jenni untuk bergabung bersama. Namun, tetap saja hasilnya nihil. Hal itu yang kemudian membuat Putra dan Ditya kembali merasa bersalah.

“Gue salah Lar. Seharusnya kan gue gak ganggu dia dulu” jawab Putra.

“Nggak-nggak. Gue yang salah, kayaknya gue terus-terus mojokin dia makanya dia kayak gitu” balas Ditya.

“Put, Dit,--“

“Nggak gue yang salah, kan gak seharusnya gue gitu. Gue harus dewasa”

“Put--“

“Gue bilang gue yang salah. Coba tadi lo aja yang nemenin dia”

“Dit--“

“Nggak--“

“PUTRA! DITYA!” pekik Lara yang sudah tak tahan ucapannya terus menerus terpotong oleh perdebatan tak jelas yang dilakukan oleh kedua temannya itu. Hal itu sukses menarik perhatian kedua cowok itu. Tak hanya mereka, Astrid pun terkaget-kaget mendengar hal itu.

“Kalau kalian nyalahin diri kalian sendiri, kalian pikir akan dapat jalan keluarnya?! Iya?!” tambah Lara yang kini berdiri ke arah mereka berdua.

“Kalian ini sudah mimpi basah masih aja kayak anak-anak!” teriaknya untuk kesekian kalinya.

“Tapi ini meman--”

“Gak itu salah gue”

“Gue”

“Gue!”

“YA UDAH GUE YANG SALAH!” omelnya.

Ia sangat geram akan kedua temannya itu. Hanya ini yang dapat Ia lakukan untuk membuat ruangan itu sedikit tenang. Alhasil, sekarang keadaan menjadi hening bak hati para jomblo.

“Gue gak berniat bentak kalian sebenarnya! Tapi, kalian juga gak boleh nyalahin diri sendiri! Ini persoalan yang sebenarnya sepele, tapi kalian buat semuanya jadi ribet! Udah deh, lupain aja sejenak. Just enjoy this holiday” jelasnya.

Ditya dan Putra pun memandang satu dengan yang lain. Mereka sempat terpaku dan beradu pikiran. Mereka berpikir bahwa apa yang dikatakan Lara ada benarnya juga. Namun, tak ingin dikatakan ‘gay’, mereka segera memalingkan pandangan masing-masing.

Hal tersebut sontak membuat emosi Lara mereda, sedangkan Astrid tak kuasa menahan tawanya.

“Udah kan debat-debatnya? Gue bosen nih. Nonton yuk! Mumpung ada DvD tuh” ajak Astrid yang kini terlihat sangat antusias. Ketiga temannya pun setuju dengan saran itu.

Wonderful FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang