“Masa depan tak akan terwujud jika tak menghadapi kelamnya masa lalu”
-Wonderful Feelings-
Cuaca pagi itu sungguh tak mendukung bagi para siswa siswi yang hendak pergi ke sekolah. Pasalnya, hujan deras di daerah Makassar sudah berlangsung sejak dua jam yang lalu, dan tak kunjung berhenti hingga sekarang.
“Jen” sahut Patrick yang mencoba bangun dari tempat tidurnya.
“Papa!” teriak anaknya itu.
“Papa gak boleh bangun dulu! Papa kan sakit! Nanti kalau papa bangun terus jatuh, gimana?!” sambungnya sambil menidurkan Patrick lagi.
Patrick memang sedang sakit saat ini. Ia juga sempat memanggil dokter untuk datang memeriksa kondisinya. Kata dokter, Ia harus terus beristirahat selama dua hari penuh. Hal inilah yang membuat Jenni tak mengizinkan Patrick untuk terlalu banyak gerak.
“Tapi Jen, Papa baik-baik saja. Kamu--”
“Nggak ada tapi-tapi! Intinya, IS-TI-RA-HAT!” potongnya, menyuruh papanya istirahat. Jenni pun membalikkan badannya dan bergegas keluar kamar.
“Terus kamu pergi sekolah sama siapa?” tanya Patrick sebelum Jenni keluar. Jenni terdiam pada posisinya untuk memikirkan jawaban dari papanya tadi.
Gadis cantik itu akhirnya berbalik menghadap Patrick dan tersenyum tipis sambil berkata “Nanti Jenni naik angkot. Papa gak usah pikirin Jenni. Pikirin aja diri Papa dulu. Kalau ada apa-apa panggil bibi aja”
Jenni pun maju dan mendekati papanya itu. Ia mengecup dahi papanya dengan lembut.
“Jaga kesehatan yah. Jenni sayang papa” sahutnya sambil tersenyum tipis yang dibalas dengan anggukan kecil Patrick. Jenni pun keluar dari kamar Patrick dan menutupnya dengan perlahan.
Di sisi lain, Patrick masih mematung dengan apa yang Jenni lakukan. Bahkan, tanpa Ia sadari, air mata menetes dari kelopak matanya.
“Anak kita udah besar, Ma. Coba kamu masih ada, kamu pasti akan seneng ngeliat anak kita” ucapnya pelan. Tangisnya pun pecah saat itu juga.
***
“Duuuhhh, gue naik apa nih” sahut Jenni yang berdiri di halaman rumahnya, menatap derasnya rintikan hujan.
Ia tak tahu harus naik apa ke sekolah. Pasalnya, Ia sudah menunggu angkot selama 15 menit di halaman rumahnya. Namun, Dewi Fortuna tak berpihak padanya. Angkot yang ditunggu tak kunjung datang. Apalagi, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 06:20.
“Ada apa non?” sahut Bi Ines yang tiba-tiba datang dari dalam rumah.
“Gini Bi, Jenni udah nunggu dari tadi di sini, tapi kok gak ada angkot yang lewat yah, Bi? Jenni naik apa dong ke sekolah?” tanyanya sambil memasang ekspresi ‘heran’.
Pertanyaan Jenni sontak membuat pecahnya tawa Bi Ines. Hal ini tentu membuat cewek itu keheranan. Ia lalu memberanikan diri tuk memegang bahu Bi Ines.
“Bi?” tegur Jenni.
Namun, karna tak mendapatkan balasan, Ia pun menegurnya sekali lagi.
“Bi? Bibi sehat?”
Bukannya mengindahkan perkataannya Jenni, tawa Bi Ines semakin membesar. Hal ini sontak membuat Jenni mundur beberapa langkah, menjauhi bibinya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Feelings
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU] "GUE SAYANG SAMA LO!" "Iya. Gue juga sayang sama diri gue." *************************************************** "Lo kok gak bisa sih ngertiin gue sekali aja. Gue capek diginiin!" "Gue lebih milih ngertiin matematika daripada ngertiin c...