“Jika hati sudah berkata, mulut pun tak dapat mendusta”
-Wonderful Feelings-
Hari ini, para guru akan mengadakan rapat seharian penuh. Katanya, rapat itu akan membahas ujian tengah semester untuk para siswa di SMA 75. Hal inilah yang sangat dinanti-nantikan setiap siswa di sana, bahkan hampir di seluruh dunia. Apabila guru mengadakan rapat, maka sudah pasti setiap siswa tak akan belajar. Dan hal itulah yang menjadi penyebab Jenni dan Adit tak berniat tuk sekolah.
Bukan hanya Jenni dan Adit saja, Putra, Astrid, Lara, dan Ditya juga tak bersekolah. Itu semua karena mereka sudah berjanji tuk absen satu dengan yang lainnya.
Sejak peristiwa hari itu, Ditya dan Astrid jadi sering bergabung bersama Jenni, Adit, Lara, dan Putra. Bahkan, mereka berdua pun sudah dimasukkan ke dalam grup Sah-Abad.
Jenni pun telah mengganti nama di profil mereka masing-masing. Bagi Jenni, hanya orang-orang tertentu yang namanya Ia ganti. Orang-orang itu hanyalah orang-orang yang dekat dengannya saja.
‘Putra Cakra’ menjadi ‘Puput Imut’.
‘Claire Citherson’ menjadi ‘Sebatang Lara’.
‘.’ menjadi ‘Monyet Najis’.
‘Astrid Fist’ menjadi ‘Tomboi Aw!’.
‘Ditya Chandra’ menjadi ‘Katanya Nakal’.
Semua itu Ia lakukan agar Ia dapat mengingat mereka sampai ajal menjemput. Menurut Jenni, jika nama mereka hanya biasa-biasa saja, hal itu tak akan membekas dalam hati dan pikirannya. Dengan begini, Ia yakin, kelima sahabatnya itu akan Ia ingat. Bahkan, jika mereka tak bersama sekali pun, mereka suda mempunyai tempat tersendiri di hati Jenni.
“Non,” sahut Bi Ines yang sukses membuyarkan lamunan Jenni. Tak lupa, Bi Ines juga mengetuk pintu kamar gadis itu, agar Ia lebih cepat keluar.
Namun, rasa malas Jenni meningkat setiap libur tiba. Karena itu, Ia tak keluar dan memutuskan tuk melanjutkan percakapan dari dalam kamar.
“Apaan, Bi?” teriak Jenni.
Bi Ines yang mengerti kondisi Jenni pun melakukan hal yang sama dengannya. Ia memutuskan tuk tidak memaksa masuk ke dalam kamarnya.
“Ayo turun, Non. Ada tamu di bawah,” perintah Bi Ines.
“Apaan, Bi? Jenni gak dengar,” balas Jenni yang memang tak mendengar dengan jelas apa yang bibinya sampaikan.
“Ada tamu, Non,” ulang Bi Ines.
Meskipun tak terdengar dengan baik, Jenni pun berteriak dari dalam.“Jamu? Oke tunggu Jenni di bawah, Bi,” pekiknya antusias. Ia memang sangat suka dengan jenis minuman yang satu ini.
Mendengar Jenni yang sudah mau turun, Bi Ines pun segera kembali ke dapur, menyiapkan minuman untuk tamu Jenni. Di sisi lain, dengan masih menggunakan short merah dan kaos oblong, Jenni pun berlari turun ke dapur.
Ia lalu mondar mandir di dapur itu tuk mencari jamu miliknya. Namun, hasilnya nihil. Jamunya tak ada di sudut dapur mana pun.
“Nyari apaan, Non?” tanya Bi Ines yang kewalahan melihat tingkah laku Jenni.
Mendengar hal itu, Jenni berbalik menatap Bi Ines. “Jamu Jenni mana, Bi?”
Dengan sedikit keheranan, Bi Ines pun memiringkan kepalanya. Ia mereka lagi setiap kejadian yang ada mulai dari tadi pagi. Namun, ingatannya tak merekam apapun mengenai jamu hari itu. Alhasil, Bi Ines pun ikut mencari jamu Jenni.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Feelings
Teen Fiction[FOLLOW DULU] "GUE SAYANG SAMA LO!" "Iya. Gue juga sayang sama diri gue." *************************************************** "Lo kok gak bisa sih ngertiin gue sekali aja. Gue capek diginiin!" "Gue lebih milih ngertiin matematika daripada ngertiin c...