PART 15

77 17 3
                                        

“Hari ini gue sadar akan cinta gue yang salah berpijak. Karena itu, gue coba pijakkan cinta itu lagi besok. Siapa tau aja lo udah ngizinin”

-Wonderful Feelings-






Ceklek…

Pintu rumah itu kembali terbuka, menampakkan seorang pria tua yang tampak letih dan lesu. Dengan perlahan-lahan, Ia merapikan segala alas kakinya pada rak di dekat pintunya.

Setelah merasa beres, Ia pun segera pergi ke ruang keluarga. Pasalnya, Ia ingin mengecek siapa di ruangan itu, mendengar Tv yang belum dimatikan.

Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati anak kesayangannya tengah tidur bersama seorang cowok. Namun, tidur yang dimaksud bukan ‘bersetubuh’. Gadis itu tidur di bahu cowok di sampingnya. Begitu pun dengan cowok itu yang menjadikan kepalanya sebagai tumpuan tuk terlarut dalam mimpi.

Lengkungan tipis membuat pria tua itu kelihatan senang. Ia tak menyangka akan berada pada kondisi itu lagi. Tanpa basa-basi, Ia segera menuju ke kamar Jenni seraya mengambil selimut.

Ia menyelimuti kedua insan yang tengah berada di ruang keluarga itu. Tak lupa pula, Ia segera mematikan Tv yang sedang menonton mereka sedari tadi.

Melihat semuanya sudah teratur, Ia pun beranjak dari tempatnya menuju ke kamarnya. Ia mengganti bajunya dengan piyama tidurnya dan segera merebahkan badannya ke atas ranjang. Tanpa menunggu waktu lama, Patrick berhasil terbenam dalam luasnya samudra mimpi.

***


Fajar baru telah mencuat dari kediamannya tuk kesekian kalinya. Saat ini, mereka Astrid, Putra, dan Lara sudah berada di rumah Adit. Meskipun Adit dan Putra serumah, tak ada yang mengetahui hal itu hingga sekarang. Mereka berdua merahasiakan hal itu dengan sebaik-baiknya.

Sebenarnya Adit senang-senang saja jika hal itu di buka untuk publik. Namun, atas permintaan Putra, Ia pun berusaha tuk merahasiakannya sekuat tenaganya.

“Adit mana sih? Kan dia juga yang nyuruh kita ngumpul di rumahnya. Eh, malah dia yang nginep di rumah temennya” celoteh Astrid yang tak bisa tenang sedari tadi.

“Tunggu aja. Kan tadi Tante Starla bilang Adit bakal pulang sebelum jam 7 pagi kan? Lo lupa?” sahut Putra, berusaha menenangkan Astrid yang terus mondar-mandir di depan mereka.

“Gue percaya sih. Tapi lo liat gak nih. Lima menit lagi jam 7, dan Adit? Dia belum datang juga” sambungnya sambil menunjuk jam tangan yang terpasang di tangan kirinya.

Memang sekarang mereka bertiga terlihat sangat ‘stylish’. Putra mengenakan baju kaos berwarna hitam yang diikuti dengan sweater abu-abu. Ia menggulung lengan sweater itu hingga hampir mencapai sikunya. Tak lupa Ia mengenakan jeans berwarna neavy dengan sepatu coklat yang kontras dengan penampilannya.

Di sisi lain, Lara menggunakan sweater biru dengan syal putih yang melekat pada lehernya. Celana putih dan sepatu sneakers yang Ia pakai, menambah pesona yang gadis ini miliki. Meskipun terbilang cukup lama hidup dengan gaya barat, gadis ini tak pernah mengadopsi gaya berpakaiannya. Ia memang adalah sosok yang sangat sederhana.

Tak mau kalah dengan mereka, Astrid tampil dengan gaya khasnya. Ia menggunakan kemeja kotak-kotak yang sengaja dibiarkan terbuka sehingga menampilkan kaos merah di dalamnya. Tak hanya itu, Ia juga memakai celana jeans selutut juga sepatu kulit yang keran. Topi yang telah dibalik, kini menambah ke-khasan gadis yang terkenal tomboi nan hiperaktif itu.

Wonderful FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang