“I love you? It’s not even a question anymore.”
-Wonderful Feelings-
Beep.. Beep.. Beeeeeep..
Klakson mobil itu kembali menyuarakan kebisingannya. Mobil hitam itu dikendarai oleh seorang cowok yang sudah berseragam lengkap. Ia sendiri sudah menunggu sejak jam 06:00 pagi di depan rumah itu.
“Sabar ah!” jawab cewek itu sambil mengenakan sepatunya.
Beeeep.. Beeeeepp....
“Etdah lu ngeselin banget yah! Udah nih udahh!”
“Ya gitu dong, lu lama banget sih,” sahut Adit.
Adit memang menjemput Jenni pagi ini. Itu semua karena titah dari papanya, Patrick. Lelaki itu menyuruh Adit untuk menjemput Jenni hari ini, bahkan sampai waktu yang tak ditentukan.
FLASHBACK ON
“Kalau gitu gue masuk dulu yah,” kata Jenni seraya membuka pintu mobilnya.
Namun, belum sempat membuka pintu, tangannya dicegat oleh cowok yang tengah duduk di sampingnya.
“Gue gak boleh masuk?” tanya Adit memelas yang sontak membuat Jenni berbalik.
Jarak keduanya kini sangatlah dekat. Bahkan, satu jengkal pun tak sampai. Nafas mereka pun dapat dirasakan satu dengan yang lain. Untuk sesaat, mereka terpaku pada posisi itu.
Di sisi lain, apa yang Adit rasakan pun sama. Hatinya berdegup sangat kencang. Bahkan, hembusan nafasnya pun sudah tak beraturan. Namun, tak sama halnya dengan Jenni, pembawaan Adit cukup tenang. Ia tak terlihat gugup ataupun malu berada sedekat ini.
“Ng-nggak u-usah deh--“
“Yaelahh.. Gue udah jajanin lagi, masa gak boleh masuk sih?” lanjut Adit yang menampilkan senyuman manisnya.
Memang sebelum diantar pulang, Adit sempat membawa Jenni tuk makan bersama. Mereka menceritakan banyak hal saat itu. Bahkan, cerita mereka membuat mereka lupa akan waktu.
Melihat matahari yang perlahan menghilang, Adit pun mengantar Jenni pulang. Alhasil, sekarang mereka berada di depan rumah Jenni ditemani dinginnya malam.
“Ohh, jadi perhitungan gini? Oke, gue gak akan nerima ajakan lo lagi!” ketusnya.
Ia pun menjauhkan wajahnya dan segera melipat kedua tangannya tepat di depan dadanya. Ia lalu menyandarkan badannya kembali. Tak hanya itu, muka kecutnya pun terpasang pada wajahnya.
“Ya udah gue gak akan ngajak lagi,” jawabnya singkat.
Hal tersebut membuat Jenni berbalik ke arahnya. Sontak saja Ia sangat sedih mendengar pernyataan yang Adit keluarkan. Kini, Ia hanya menyesali perkataannya.
Detik selanjutnya, Adit pun membalas tatapan Jenni dan menampilkan senyum tipisnya pada cewek yang tengah murung itu.
“Gue gak akan ngajak. Gue nyuruh. Kalau ngajak kan, jawabannya bisa iya atau tidak. Kalau nyuruh, jawabannya pasti iya.”
Jenni terpaku pada Adit sekarang. Ia tak tahu harus membalasnya dengan apa atau bagaimana. Ia hanya melihat wajah Adit lekat-lekat.
Namun, tatapannya buyar ketika melihat Adit membalikkan badannya dan segera turun. Kepalanya pun bergerak mengikuti arah jalannya cowok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Feelings
Teen Fiction[FOLLOW DULU] "GUE SAYANG SAMA LO!" "Iya. Gue juga sayang sama diri gue." *************************************************** "Lo kok gak bisa sih ngertiin gue sekali aja. Gue capek diginiin!" "Gue lebih milih ngertiin matematika daripada ngertiin c...