PART 6

122 47 65
                                        

“Gue gak tahu rasa ini kapan munculnya, dimana awalnya, dan bagaimana ceritanya.
Yang gue tahu,
Gue sayang sama lo. Udah, itu aja.”

-Wonderful Feelings-







Kringgg.. Seluruh pelajaran hari ini telah selesai. Para siswa diperkenankan meninggalkan sekolah.. Kringgg

Yup. Bel yang sangat ditunggu oleh setiap siswa siswi SMA 75 pun berbunyi. Guru-guru mata pelajaran juga terlihat keluar kelas satu per satu. Hal serupa juga dilakukan oleh Bu Wana, guru Bahasa Inggris yang tengah mengajar di kelas XI IPA 1.

Kali ini, Jenni duduk sendirian lagi. Teman sebangkunya, Adit telah meminta izin beberapa saat yang lalu pada Bu Wana. Namun, hingga bel pulang tiba, Ia tak kunjung kembali ke kelas.

“Jen, lo mau bareng gak?” tanya Putra ketika melihat Jenni yang tengah membereskan barang bawaannya.

“Gak ah Put. Gue ada janji” jawabnya sambil tersenyum pada Putra.

“Janji sama siapa tuh? Adit yah?” sahut Lara menggoda.

“Idihh. Najis banget dah ama cowok kek dia” jawabnya acuh yang menimbulkan gelak tawa kedua temannya itu. Meskipun baru sehari berteman, Jenni merasa sudah sangat dekat dan nyaman dengan mereka, sama dengan yang mereka rasakan.

“Ya udah deh, gue pulang dulu” jawab Putra setelah selesai mengatur nafasnya sehabis tertawa.

“Lara, mau pulang bareng gak?” tanyanya kepada temannya yang baru itu.

“Eh, gak usah Put. Gue naik angkot aja. Nanti ngerepotin lo” jawab Lara yang sekarang tengah salah tingkah.

“Lo pulang ama Putra aja gih. Di angkot kan panas dan buat gerah. Belum lagi kalau macet” potong Jenni.

Ucapan Jenni sukses membuatnya semakin salah tingkah. Rona merah mulai timbul pada kedua pipinya. Untuk membuatnya sedikit lega, Ia memutuskan untuk tidak melihat wajah Putra dan membereskan barang-barangnya.

Ia pun angkat bicara sambil menyelesaikan pekerjaannya itu.

“Tapi kan--”

“Barang lo udah siap?” potong Putra.
Lara yang bingung akan pertanyaan temannya itu, memilih untuk tak menjawabnya dan meneruskan pekerjaannya.

Meskipun tak di respon, Putra tetap memerhatikan apa yang Lara lakukan. Setelah melihat Lara selesai membereskan barangnya, Ia pun menarik tangan Lara untuk berjalan keluar kelas.

Tentu saja Lara kaget dengan apa yang Putra lakukan padanya. Untuk kesekian kalinya, Lara salah tingkah dibuatnya. Namun, sebagai wanita, Ia tetap mempertahankan prinsipnya.

“Gue harus jual mahal” batinnya.

Ia pun mempertahankan posisinya setelah berjalan beberapa langkah. Hal ini membuat Putra juga terhenti untuk sesaat. Melihat hal ini, Putra pun berbalik dan menatap dalam bola mata biru itu.

Meskipun malu karena ditatap, Lara tetap saja ‘stay cool’.

“Lo mau bawa gue kemana? Enak aja main tarik-tarik” tanya Lara.

Wonderful FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang