PART 24

61 13 4
                                        

“Bila semuanya memungkinkan, akan ku pilih kamu untuk jadi pasanganku, bahkan di kehidupan yang selanjutnya.
Namun, jika itu semua tak pantas kudapatkan, mengapa kau datang memberi sepucuk harapan di saat yang lain membuangnya?”

-Wonderful Feelings-











“Ohh.. Oke. Lakuin aja apa yang lo bisa. Buat yang terbaik.”

“Siap dah. I’ll do my best, Dit.”

“Gue harap, lo nggak ngelakuin kesalahan sekecil apapun,” sahut Adit pada lawan bicaranya di telepon.

“Dit?” tanya Jenni yang terlihat sudah sangat rapi. Namun, karena masih berbicara dengan lawan bicaranya, Adit hanya melirik Jenni sebentar, lalu kembali meladeni lawan bicaranya di tempat yang berbeda.

“Oke-oke. Udah dulu. Jenni udah datang,” sahut Adit tergesa-gesa.

“...” jawab orang yang sedang ditelepon Adit. Namun, apa yang Ia katakan tak dapat ditangkap oleh telinga Jenni.

“Iya. Gue gak akan ngebiarin dia kabur. Udah. Gue matiin. Bye.” tutup Adit dengan tergesa-gesa sambil mematikan teleponnya.

Secepat kilat, cowok itu lalu berbalik ke arah Jenni. Ia sekarang baru bisa merasakan dan melihat dengan saksama seorang bidadari dari negeri awan.

Sebenarnya, pakaian Jenni tak terlalu ribet dan berbelit-belit. Memang karena dasarnya berparas cantik, segala pakaian yang Ia kenakan pun terlihat indah.

Kini, gadis itu mengenakan baju kaos yang bermotif indah. Kaos itu nampak eksotis dengan tambahan blazer berwarna light blue yang dibiarkan terbuka. Bagian lengan blazer tersebut sengaja dilipat ke atas, melihat kaosnya yang juga ikut dimasukkan ke dalam rok putih miliknya. Betis mulus tanpa bulu juga ikut menambah indahnya paras gadis yang satu ini. Apalagi, high heels yang Ia pilih sangat cocok dengan gayanya kali ini. Bahkan, bila memungkinkan, lebah pun ingin datang mencicipi kemanisannya.

Di pihak lain, Jenni juga merasa sangat kebingungan melihat tingkah Adit. Melihat Adit yang sedang memerhatikannya saja cukup membuat gadis itu tak bisa berkutik. Ia lalu ikut menatap tubuhnya, melihat apa yang salah. Namun, karena tak kunjung mendapatkan ada yang ganjil, Ia lalu bertanya.

“Hey.. Kok ngeliatin gue segitunya? Make up gue ketebalan yah? Bagian yang mana? Bedak? Lipstik? Atau, baju gue keseksian yah? Apa perlu gue ganti? Ya kal--“

“Kamu indah,” potong Adit seraya mengernyitkan dahinya.

Dua kata yang keluar dari mulut Adit sungguh membuat Jenni tak berdaya. Dalam pikirannya, tak pernah terlintas sedikit pun tentang kalimat tersebut. Ditambah lagi dengan sapaan berbeda yang kini Ia ucapkan.

“Hah? Eh.. Ng-nggak kok. B-biasa aja..” jawab Jenni terbata-bata.

Gugup Jenni adalah alasan tertawanya sosok Adit sekarang. Ia sangat senang jika melihat Jenni telah terpojok dan salah tingkah.

“Ya udah. Yuk!” ajak Adit sambil menawarkan tangannya.

Namun, melihat Jenni yang kembali melamun melihat uluran tangan itu, Adit kembali bersuara.

“Tenang. Aku gak akan ngulangin hal yang dulu lagi kok ke kamu,” sahutnya seraya mengeluarkan senyuman mautnya. Ia kembali teringat akan kejadian dimana Jenni sangat marah padanya.

Di lain jiwa, Jenni tak terlalu ambil pusing akan pengalaman itu lagi. Ia tahu bahwa Adit tidak akan mengulangi hal tersebut. Namun, yang Ia fokuskan sekarang adalah cara bertegur sapa Adit dengannya.

Wonderful FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang