PART 11

83 21 34
                                    

“Lo mau tau siapa yang gue suka? Gue rasa, sikap gue cukup menjelaskannya”

-Wonderful Feelings-









Parkiran SMA 75 kembali kedatangan siswa siswi dari berbagai arah. Hari ini, setiap pelajar di sekolah ini memakai rompi berwarna hitam yang cocok dengan warna celana mereka. Kecantikan, kegagahan, maupun kekerenan mereka bertambah drastis hari ini. Ini yang membuat rasa percaya diri setiap siswa memuncak.

Namun, hal ini tidak dirasakan oleh Jenni yang kini tengah berada di parkiran mobil di belakang sekolahnya. Meskipun lima menit lagi pelajaran di kelasnya akan segera dimulai, Jenni masih tak kunjung bergeming dari tempatnya. Di saat siswa lain menyombongkan penampilan masing-masing, Jenni tak melakukannya. Ia sangat malu dengan penampilannya sekarang. Meskipun baju dan rompinya sudah terlihat rapi, rok bagian bawah dan sepatunya terlihat sangat basah. Hal itu sukses membuatnya diam seribu bahasa di dalam mobil Adit menatap sisa-sisa rintikan hujan.

Jenni pun sudah menyuruh Adit untuk pergi duluan ke kelasnya. Ia juga sudah berjanji akan mengunci mobilnya saat Ia pergi. Namun, layaknya seorang cowok, Ia tak meninggalkan Jenni sendiri. Ia tahu kalau gadis di sampingnya sedang ‘badmood’. Adit pun berusaha untuk menerka apa yang membuat perasaan Jenni memburuk. Namun, bak burung yang tak kunjung mendapat sarang, Adit tak kunjung mengetahui penyebabnya.

“Jen, lo kenapa?” tanyanya sambil mencondongkan kepalanya ke dekat Jenni.

“Gak apa-apa” jawabnya tanpa menoleh sedikit pun ke kanan. Ia masih tetap melihat ke arah jendela di sisi kirinya.

Adit tahu bahwa kalimat ‘gak apa-apa’ seorang cewek memiliki makna yang sangat banyak. Untuk kesekian kalinya, Ia bertanya kembali.

“Jujur sama gue. Lo kenapa Jen?”

Jenni yang kembali ditanya merasa resah dengan pertanyaan itu. Akhirnya, Ia pun mendengus pelan dan berbicara tanpa menoleh sedikit pun.

“Nggak kok, sepatu gue agak basah aja, jadi malas turun”

Mendengar jawaban tersebut, Adit menoleh ke bawah dan mendapati rok bagian bawah dan sepatu Jenni yang terlihat basah. Namun, tak berselang lama, Ia kembali menatap bagian belakang kepala Jenni dengan badan yang masih condong ke depan.

“Jen”

“Ya?” sahutnya namun masih tak bergeming. Hal ini membuat cowok bermata coklat itu kembali menegurnya.

“Jen”

“Apaan Dit?"

“Jenni”

Adit sukses membuat Jenni kembali mendengus kasar. Dengan sangat malas, Ia pun memalingkan wajahnya.

“Ada ap--”

DEG

Omongan Jenni terhenti seketika. Jarak wajah Jenni dan Adit sangatlah dekat. Mereka berdua mematung dan saling memandang satu dengan yang lain. Pikiran mereka kosong. Tatapan dalam dan teduh mereka lontarkan di setiap detiknya. Untuk beberapa saat mereka terbuai dalam lautan asmara yang belum mereka sadari sama sekali. Canggung? Iya. Deg-degan? Sangat. Speechless? Jangan ditanyakan lagi. Mereka berada dalam suatu kondisi yang seperti itu, namun tetap merasa nyaman. Untuk sementara, mereka berdua bernostalgia ria dalam lautan imajinasi mereka masing-masing.

“Pakaian lo boleh basah. Semangat lo jangan” sahut cowok itu sambil tersenyum manis.

Lagi-lagi, jantung Jenni berdegup kencang. Ia tak tahu harus menjawabnya dengan apa. Untuk kesekian kalinya, Adit membuat Jenni seperti ini. Jenni yang sudah merasa tak tahan dengan semua ini langsung mengangguk kecil. Hal ini lalu membuat Adit berbalik dan bergegas turun dari mobilnya.

Wonderful FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang