“Kalau gue dihadapkan sama 1000 wanita yang lebih sempurna dari lo, gue tetap akan milih lo kok. Jangan takut”
-Wonderful Feelings-
Satu hari baru saja dimulai. Kicauan burung pun mulai berserakan menghiasi gemerlap langit. Semua mata sedang terpejam menikmati memori yang indah. Memori yang pernah terjadi. Memori yang mereka impikan.
Namun, sang memori menghentikan aksinya pada seorang gadis berparas cantik dan menawan. Jenni bangun di tengah malam. Ia mendapati dirinya sedang ditonton oleh Tv yang sekarang tengah memainkan sebuah film.
Karena masih merasa lelah, Ia pun mematikan Tv-nya dan bergegas ke kamarnya, melanjutkan waktu-waktu indahnya.
Tak lupa, Ia juga sempat mengecek gadget miliknya sebentar.
Papa : Maaf yah Jen. Papa baru bisa ngabarin kamu. Gadget milik papa tadi sempat hilang, jadi papa cari dulu. Untung aja gadgetnya bisa papa dapet. Kalau nggak, yah papa gak bisa ngabarin kamu.
Papa : Sebenarnya papa memang mau istirahat di dua hari ini. Tapi, ada meeting mendadak yang mengharuskan papa ada. Jadi, papa harus pergi deh.
Papa : Papa juga mau ngasih tau kalau papa pulang agak larut, sekitar jam 2. Kamu gak usah tungguin papa. Bi Ines juga katanya sudah pulang kampung karena urusan mendadak.
Papa : Kamu jaga diri yah. Maaf papa udah ngerepotin. I love u my darling
Memang harus Ia akui, amarahnya sempat memuncak saat Ia sadar bahwa papanya tak mengindahkan nasihatnya pagi tadi. Namun, Ia merasa sedikit lega ketika mendapat pesan singkat dari papanya.
Sambil menghembuskan nafas panjang, Jenni berdiri dan segera memasukkan gadgetnya ke dalam saku celananya.
“Jenni!” panggil seseorang.
Meskipun Ia mendengarnya, Jenni hanya menganggapnya ilusi belaka karena Ia terlalu lelah. Namun, matanya terbelalak ketika suara itu muncul lagi.
“Jenni!”
Hal itu sukses membuat Jenni meringis ketakutan. Seluruh badannya gemetar tak karuan. Ia tak tahu harus melakukan apa saat ini. Di satu sisi, Ia ingin menjaga rumahnya. Namun, di sisi lain, Ia sangat takut.
“Jangan-jangan gue mau diperkosa”
Dengan segera Ia lompat ke atas sofanya. Sambil tiarap, Ia sesekali mengintip ke arah pintu rumahnya. Ia juga sudah menyiapkan gadget dan kayu di tangannya. Gadget yang akan digunakan untuk menelefon polisi jika ada apa-apa, dan kayu untuk memukul orang itu sebagai bentuk perlawanan pertama.
“Jenni, lo ada di dalam kan? Ini gue, Adit”
Untuk kesekian kalinya, jantungnya memacu dengan sangat cepat. Kali ini, rasa takutnya berganti dengan rasa gugup. Apalagi saat Ia mendengar ketukan pada pintunya itu.
“Adit? Itu beneran Adit? Gue gak halu kan? Kok dia datang di rumah gue? Malam-malam gini lagi? Terus dari mana dia tahu rumah gue?”
Walau tak yakin, Ia berjalan mendekati pintu rumahnya itu, berniat tuk membukakannya pintu.
Ceklekk..
DEG
Gadis itu sukses membuka pintu rumahnya setelah perdebatan sengit di benaknya.
Sosok cowok yang dekat dengannya akhir-akhir ini. Sosok cowok berparas tampan dengan bola mata coklat. Sosok cowok yang selalu ada di pikirannya silih hari berganti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Feelings
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU] "GUE SAYANG SAMA LO!" "Iya. Gue juga sayang sama diri gue." *************************************************** "Lo kok gak bisa sih ngertiin gue sekali aja. Gue capek diginiin!" "Gue lebih milih ngertiin matematika daripada ngertiin c...